Wajib Tahu! Ini 5 Mitos Penyakit Menular Seksual yang Enggak Boleh Dipercaya

By Ifnur Hikmah, Selasa, 27 Februari 2018 | 06:30 WIB
Sudah tahu? (Ifnur Hikmah)

Penyakit menular seksual memang ancaman yang mengerikan. Terlebih di usia remaja, ketika kita punya rasa ingin tahu tinggi dan ingin eksplorasi banyak hal, termasuk soal seks.

Jangan sampai rasa ingin tahu ini malah bikin kita salah jalan. Karena itu, wajib untuk mencari tahu lebih lanjut semua hal yang berhubungan dengan organ reproduksi, termasuk penyakit menular seksual.

Berikut 5 mitos penyakit menular seksual yang enggak boleh kita percaya.

(Baca juga; 8 mitos soal seks yang enggak seharusnya kita percaya)

Mitos 1: 

: HIV memang enggak menular melalui ciuman, keringat, air mata, atau air liur. Jadi kita enggak boleh menghindari orang yang terkena HIV. Karena HIV menular melalui darah, sperma, cairan di vagina, dan air susu dari payudara orang yang positif HIV.

Tapi kita harus tetap berhati-hati kalau sedang ciuman dengan pacar yang lagi sariawan karena sariawan merupakan salah satu luka yang bisa menularkan HIV.

Mitos

 Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini selain bisa merusak organ reproduksi perempuan seperti kemandulan juga menyebabkan kita terkena penyakit mata.

Biasanya gejala Chalmydia enggak kelihatan tapi bisa menyebabkan kerusakan yang serius, kayak vagina yang tidak berfungsi lagi, dan pendarahan. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual dan kuman yang ditularkan dari orang lain yang mengidap chlamydia.

Kalau kita merasakan sakit bila buang air kecil, kejang atau sakit perut di bagian bawah, jadwal menstruasi berubah setiap bulannya, coba cek ke dokter, deh. Karena itu gejala awal kita terkena chlamydia. Jadi masih bilang ini penyakit ringan?

(Baca juga: 5 tindakan seksis terhadap perempuan yang sering kita temui di sekolah)

Mitos 3 : 

 : Kutu kelamin berukuran sangat kecil, kira-kira lebih kecil atau sama dengan 1/8 inci dan berwarna kelabu kecokelatan. Kutu kelamin itu ada di sekitar rambut kemaluan. Pakai kondom memang menurunkan risiko tertular kutu kelamin, tapi tetap saja enggak bisa menjamin sepenuhnya.

Kutu kelamin juga bisa ditularkan melalui celana dalam yang dipakai beramai-ramai, lho. Selain itu, kutu kelamin juga ditularkan melalui kontak kulit dari bagian kelamin. Kontak kulit itu misalnya petting (menggesek-gesekkan alat kelamin).

Jadi cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan enggak melakukan hubungan seksual sebelum waktunya.

Mitos 4 :

: Eits, jangan salah, lho. Keputihan yang tidak normal, seperti berwarna putih kental dan kehijauan serta menimbulkan bau yang tidak sedap perlu diwaspadai. Seperti penyakit gonorea, pada perempuan gejala awalnya adalah keputihan dan nyeri saat buang air kecil.

Gejala gonorea memang mirip dengan chlamydia. Tapi gejala paling awal gonorea adalah keluarnya nanah kental berwarna kehijauan dari saluran kencing. Kalau kita merasa keputihan sudah enggak normal, cek ke dokter, yuk.

(Baca juga: apakah labia, alias bibir vagina kita normal?)

Mitos 5 : 

 : Walaupun penyakit menular seksual memang menular melalui hubungan seksual, tapi kita bisa tertular melalui seks oral (memasukkan penis ke dalam mulut atau menjilat vagina).

Sifilis, yang juga disebut raja singa, adalah penyakit menular seksual yang bersifat kronis dan menahun. Kalau enggak diobati bisa menyerang seluruh organ tubuh, termasuk sistem peredaran darah. So, say no to all kind of sex!

(Baca juga: pemahaman salah soal vagina yang enggak seharusnya kita percayai)

Setelah mengetahui mitos di atas, wajib juga untuk mencari tahu cara agar terhindar dari penyakit menular seksual. Berikut cara yang bisa kita lakukan:

-  Kalau kita sembarangan melakukan hubungan seksual, kita enggak pernah tahu apakah pasangan kita punya penyakit kelamin. Kita jadi berisiko terkena penyakit menular seksual.

- Kalau di toilet umum, lebih baik 

-  supaya enggak lembab dan enggak pakai celana yang terlalu ketat.

(Baca juga: sering salah. Ini cara membedakan pujian dan pelecehan)