8 Maret setiap tahunnya, kita selalu merayakan International Women’s Day, yakni hari di mana perempuan diakui pencapaiannya tanpa memandang aspek-aspek seperti bangsa, etnik, bahasa, budaya, ekonomi atau pun politik. International Women’s Day pertama kali digaungkan oleh gerakan buruh di abad ke-20 di Amerika Utara hingga sepanjang benua Eropa.
Sejak itu, International Women’s Day dianggap menjadi dimensi baru buat para perempuan di negara-negara maju dan berkembang. Yuk, kenali lebih lanjut soal sejarah International Women’s Day!
(Baca juga: Women’s March Jakarta 2018, Untuk Kesetaraan dan Akhiri Kekerasan Pada Perempuan)
Di tahun 1909, untuk pertama kalinya National Women’s Day diperingati di tahun 28 Februari di Amerika Serikat. Partai Sosialis Amerika meresmikan hari tersebut sebagai bentuk respon dari demo para buruh pekerja garment yang menuntut soal kondisi kerja mereka setahun sebelumnya di New York.
International Sosialis akhirnya mengadakan pertemuan di Kopenhagen untuk meresmikan Women’s Day untuk menghormati gerakan hak asasi perempuan dan mendukung hak-hak pilih perempuan. Proposal tersebut akhirnya disetujui konferensi oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara.
Dari hasil konferensi Kopenhagen tersebut, Women’s Day diperingati tanggal 19 Maret di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss, di mana lebih dari satu juta perempuan turut serta dalam pawai memperjuangkan hak perempuan dalam bekerja, pelatihan kejuruan, dan untuk mengakhiri diskriminasi dalam lingkungan kerja.
Di tahun 1913-1914, International Women’s Day menjadi salah satu cara untuk memprotes Perang Dunia I, sebagai suatu bentuk gerakan perdamaian. Di tanggal 8 Maret di tahun yang sama, para perempuan di Eropa melakukan pawai untuk memprotes perang dan mengekspresikan solidaritas dengan sesama aktivis.
Seakan menjadi sebuah tradisi, pawai di tanggal 8 Maret tersebut terus dilakukan sampai akhirnya di tahun 1975, United Nations juga ikut merayakan International Women’s Day pada tanggal 8 Maret.
Di tahun 1995, Deklarasi Beijing meresmikan perjanjian bersejarah yang ditandatangani oleh 189 pemerintah yang menyorot 12 area penting dengan tujuan mendukung pilihan perempuan, seperti ikut serta dalam ruang lingkup politik, mendapatkan pendidikan, mendapat gaji, dan hidup di lingkungan yang bebas kekerasan dan diskriminasi.
Lalu di tahun 2014 Komisi Status Perempuan yang diadakan setiap tahunnya di Amrik juga membahas soal pentingnya kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.
UN juga ikut mengajak organisasi non-pemerintahan (NGO) untuk ikut dalam pertemuan Millennium Development Goals (MDGs), di mana pertemuan ini berperan penting dalam membangkitkan kepedulian terhadap kesetaraan gender dan women’s empowerment.
International Women’s Day bisa diibaratkan sebagai titik awal perempuan memiliki kesempatan untuk mengungkapkan opini, buah pikiran, dan pendapat mereka tanpa dibatasi.
Nah, kita sebagai perempuan baiknya memanfaatkan momen ini untuk menyuarakan pendapat-pendapat dengan berani. Enggak ada lagi kata malu atau takut dengan opresi orang lain, karena kita berjuang enggak hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga buat perempuan-perempuan lain.
8 Maret hanyalah satu hari untuk merayakan, tapi di hari-hari selanjutnya, kita bisa tetap merayakan dan memaknai International Women’s Day ini dengan cara kita sendiri. Kita bisa ikut organisasi atau komunitas yang bergerak dalam bidang tersebut, atau sesederhana memaknai nilai-nilai dan hak-hak kita sebagai perempuan.
Dari belajar dan memaknainya sepenuh hati, nantinya kita bisa mewujudkannya dalam setiap kegiatan kita sehari-hari, lho. Jadi, apakah kamu sudah siap untuk berjuang demi hak-hak perempuan dan kesetaraan gender? Yuk kita maju, bareng-bareng. (un.org)
(Baca juga: Yuk, Kenali Perbedaan Antara Orientasi Seksual dan Identitas Gender. Kamu Wajib Tahu )