(RM, 16 tahun, seperti diceritakan di majalah KaWanku edosi 139)
(Baca juga: dua ribu kasus kekerasan terjadi di Indonesia. Kok bisa?)
Pengaruh teman memang besar buat remaja seusia kita. Tapi bukan berarti kita harus mengikuti kebiasaan teman hanya agar bisa diterima oleh lingkungan.
Sebagai remaja, seharusnya kita lebih cerdas dalam memilih teman. Kita harus tahu mana teman yang baik, dan mana yang enggak. Bahkan, teman yang kita anggap sudah sangat dekat sekalipun, bisa saja membawa kita melakukan hal buruk.
Kalau ada teman yang membawa pengaruh buruk, jangan sampai kita jadi ikut-ikutan melakukan hal buruk itu. Dan, jangan ragu untuk memutuskan hubungan persahabatan karena terbukti dia bukan teman yang baik.
Cari teman baru yang memberikan pengaruh positif untuk kita. Teman yang baik tidak akan memaksa kita melakukan hal-hal yang enggak kita inginkan. Yakinkan dalam hati kalau kita bisa PD dan tetap ceria dengan menjadi diri sendiri.
Begitu juga halnya dengan pacar. Mungkin teman kita enggak memberikan pengaruh negatif, tapi lingkungan pacar yang memberikan pengaruh buruk sehingga dia terbawa.
Ajak pacar mengobrol kalau hal itu tidak baik. Jika dia tetap memaksa, well, he’s not worth your attention, girls.
(Baca juga: 4 pertanyaan seputar seks di mata cowok)
Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi menjelaskan, “Kalau mengalami situasi seperti cerita RM, kita bisa dengan lantang dan percaya diri bilang: sama sekali enggak tertarik melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Alasannya, banyak banget risiko yang bisa terjadi. Seperti hamil di luar nikah dan terkena penyakit kelamin.
Buktikan kalau kita bisa tetap keren tanpa melakukan hubungan seks sebelum menikah. Karena ni tandanya kita adalah cewek yang punya prinsip kuat. We should be porud of it.”
Couldn’t agree more.
(Baca juga: waspadai, 7 kekerasan fisik dalam pacaran)