Adegan Romantis di Drama Korea Padahal Sebenarnya Termasuk Kekerasan dalam Pacaran. Pernah Menyadarinya?

By Indah Permata Sari, Senin, 26 Maret 2018 | 03:15 WIB
(Indah Permata Sari)

Drama Korea memang paling juara dengan kisah romantisnya yang sering ditunjukkan lewat cerita pasangan di drama Korea. Tindakan fisik maupun verbal yang dilakukan oleh karakter di drama kepada pasangannya, bisa bikin kita merasa baper karena merasa adegan tersebut romantis.

Namun, pernah enggak menyadari kalau ternyata beberapa adegan yang disebut ‘romantis’ itu sesungguhnya memiliki unsur kekerasan, lho! Baik itu kekerasan biasa maupun sudah termasuk pelecehan. Terlebih lagi dengan adanya gerakan #MeToo yang sudah mulai masuk ke Korea, tayangan drama Korea yang memiliki unsur kekerasan dan pelecehan jadi topik pembicaraan yang hangat saat ini.

Kalau kita perhatikan, ada tndakan yang jelas terlihat bentuk kekerasan dan pelecehan, tapi anehnya jadi dibuat seperti adegan romantis karena dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai. Tentunya ada banyak pendapat mengenai hal ini, ada yang mengatakan kalau itu bukan tindakan kekerasan maupun pelecehan, tapi ada juga yang menganggap tindakan tersebut jelas melanggar hukum.

Benar enggak sih, adegan kekerasan dan pelecehan di drama Korea yang suka disalahartikan sebagai adegan romantis? Lihat lebih lengkapnya di bawah ini.

“Aku merasa enggak nyaman kalau ngeliat ada adegan yang seakan 'dipaksakan' tapi ujung-ujungnya dibuat adegan itu romantis. Mungkin budaya di sana beda sama kita, tapi aku rasa kalau ada seseorang yang melakukan paksaan pada orang lain, apalagi ada kaitannya dengan hubungan fisik maka bisa jadi pelecehan sih.

Masa mengungkapkan perasaan suka atau cinta harus dipaksakan, pasti kan harusnya enggak kayak gitu ya. Kayak ada adegan di drama Our Gab Soon, pas cowoknya maksa ceweknya dan disenderkan ke dinding, lalu dipaksa cium gitu. Kalau itu sungguhan terjadi, kita yang melihat kejadian itu juga pasti marah. Apalagi kalau kita yg menjadi korbannya. Meskipun itu dilakukan sama pacar, tapi tindakannya sudah keterlaluan sih menurutku.” – Dini, 21 tahun

Benar kata Dini, mungkin budaya di sana dengan di sini berbeda, tapi ketika ada hal yang sudah mengganggu kenyamanan, tentunya ini enggak bisa ditolerir hanya karena dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai. Nyatanya, kekerasan dan pelecehan bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang yang kita percaya. Masih ada jalan lain yang bisa ditunjukkan oleh seseorang sebagai ungkapan rasa sayang dan suka.

Mungkin kita harus melihat lagi, sebenarnya bagaimana bentuk dan bedanya rasa sayang dan juga nafsu. Jangan sampai, menjadikan rasa sayang sebagai alasan dari rasa nafsu yang sebenarnya. Sama dengan kekerasan dan pelecehan, enggak bisa dibenarkan ketika rasa sayang dan cinta dijadikan alasan sebagai pembenaran tindakan kekerasan serta pelecehan.

(Baca juga :)

“Kalau menurut aku, kissing yang ditembok itu enggak pemaksaan, karena kalo udah sentuhan bibir, berarti ceweknya juga mau. Kalau enggak mau, dia bisa aja nendang atau melakukan perlawanan lain. Terus ketika tangan ditarik atau tangannya dimasukkan ke jaket, itu maksa sih menurutku” – Nuke, 21 tahun.

Ketika dua orang melakukan skinship atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan fisik dan intens, pastinya jika memang dilakukan dengan niat yang enggak dipaksakan, maka ini memang bukan tindakan pelecehan.

Betul kata Nuke, jika si cewek merasa ‘dipaksa’ maka dia bisa melakukan tindakan pembelaan diri, dari yang sederhana misalnya melakukan tendangan, tamparan, atau hal lainnya.

Tapi jika adegan selanjutnya mereka berdua enggak masalah dengan tindakan tersebut, maka mereka berdua enggak melakukan kesalahan. Jadi cewek enggak selalu jadi korban, jika dirinya memang merasa enggak masalah dengan tindakan tersebut.