Masa-masa puber adalah saat di mana kita bis angerasain perubahan-perubahan kecil dalam tubuh kita. Buat cowok, suara jadi makin berat, sementara buat cewek, mengalami siklus menstruasi. Kita jadi merasa jadi ‘bertambah dewasa’. Hi-hi.
Tapi kenyataannya, enggak sedikit teman-teman kita yang belum mengalami perubahan-perubahan kecil tersebut. Katanya, sih, karena olahraga yang terlalu berat. Tapi emang benar? Nah, sebelum kita cepat berasumsi, mending kita pastikan dulu.
Benarkah olahraga berat bia menghambat pubertas? Ini jawabannya!
(Baca juga: 5 Fakta Penting yang Perlu Kita Ketahui Tentang Luka Bekas Jerawat)
Mungkin kita sering mendengar cerita tentang para atlet-atlet perempuan yang tidak menstruasi karena terlalu berat berolahraga. Dan kita jadi penasaran sama kebenarannya.
Dilansir dari Your Hormones, olahraga yang berlebihan dan terlalu berat memang bisa menunda pubertas. Penundaan pubertas ini sering didefinisikan sebagai ‘tidak ada pendewasaan seksual kedua atau tanda-tanda pubertas di usia 13 tahun untuk cewek, dan 14 tahun untuk cowok’. Untuk cewek, ini artinya enggak ada pertumbuhan pada apyudara, menstruasi, dan lain-lain.
KidsHealth.org menjelaskan bahwa tubuh remaja perempuan membutuhkan jumlah lemak tertentu sebelum mereka mengalami pubertas dan masa menstruasi. Jika mereka melakukan olahraga fisik yang terlalu intens, ada kemungkinan mereka jadi enggak memiliki jumlah lemak yang sesuai di dalam tubuhnya sehingga menyebabkan penundaan masa pubertas.
Kita engga diperbolehkan untuk mengubah rutinitas kita secara drastis dan tiba-tiba. Jadi sebelum berniat buat menghentikannya, lebih baik kita berkonsultasi dulu sama dokter.
Dokter bisa memberikan kita pengarahan soal memilih olahraga yang lebih sesuai. Dia juga bisa mendiagnosa apakah memang penyebabnya adalah olahraga yang terlalu berat, atau memang kita adalah seorang late bloomer.
Dilansir dari KidsHealth.org, ada beberapa masalah medis yang bisa memicu penundaan masa pubertas. Di antaranya seperti, penyakit kronis seperti, penyakit ginjal, diabetes, cystic fibrosis, dan asma. Malnutrisi dan kurang berat badan juga menyebabkan pubertas terhambat.
Ada kemungkinan juga kita memiliki genetik late bloomer dari orang tua atau kakek-nenek kita. Late bloomer adalah kondisi di mana seseroang mengalami pelambatan pada perkembangan tubuhnya. YourHormones memaparkanaada setidaknya 90% kasus penundaan pubertas karena constitutional delay. Yang artinya, pubertas terjadi di masa kanak-kanak yang sehat tapi kemudian semakin lambat perekmbangan fisiknya hingga di bawah rata-rata.
Yang jelas, masa pubertas adalah masa di mana kita bisa mengetahui perkembangan fisik tubuh kita. Setiap orang pasti mengalaminya, dan saat ini giliran kita yang mengalami. Jadi enggak perlu ada keinginan buat menunda atau menghambatnya.
Kita juga enggak perlu stres kalau masa pubertas yang kita alami terjadi lebih awal, atau lebih lambat dari teman-teman kita. Tapi kalau kita menganggap penting buat menghwatirkannya, kita bisa segera berkonsultasi kepada dokter supaya kita bisa mengenal tubuh kita lebih baik lagi.
(Baca juga: First Date Paling Cocok Buat Kita Menurut 16 Kepribadian (MBTI))