Seperti dijelaskan oleh ADAA, setidaknya 2,5% laki-laki bisa mengalami body dysmorphia, dan perempuan sekitar 2,2%. Gangguan ini biasanya terjadi pada usia remaja, yakni sekitar awal 12-13 tahun.
Ada beberapa gejala-gejala seseorang bisa mengalami body dysmorphia. Gejala-gejala tersebut di antaranya;
- sering melihat penampilan di depan kaca
- sering berganti baju
- menghindar dari interaksi sosial
- menghindar dari kaca/ cermin
- ingin melakukan operasi plastik untuk memperbaiki bagian tubuh
- sering mencubit kulit
- sering bertanya ke teman/ orang lain tentang penampilannya
- merasa malu
- membandingkan tubuh/ penampilannya dengan orang lain
Untuk kasus yang lebih ekstrim, body dysmorphia bisa menyebabkan seseorang jadi melukai dirinya sendiri, depresi, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Sayangnya, hingga sekarang para ahli belum menentukan penyebab yang jelas yang bisa memicu seseorang mengalami body dysmorphia. Meski begitu, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai penyebabnya.
Beberapa studi tentang gangguan ini menyebutkan jika perbedaan gen dan otak bisa menjadi pemicunya. Demikian dipaparkan oleh Mayo Clinic.
Faktor risiko di antaranya seperti mengalami gangguan lain, menderita trauma, memiliki kerabat yang menderita body dysmorphia, dan memiliki kecenderungan perfeksionis.
Seseorang yang menderita body dysmorphia bisa disembuhkan dengan melakukan treatment dari ahli gangguan mental. Treatment-nya pun akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-maisng pribadi. Sehingga setiap penderita memiliki treatment medis yang berbeda.
(Baca juga: 6 Hal yang Paling Dibenci Sama Introvert. Kamu Setuju?)