Yang Penting Untuk Cewek Tahu Soal 7 Fakta Tentang Body Dysmorphia

By Indra Pramesti, Senin, 23 April 2018 | 10:30 WIB
Cowok dan cewek punya kemungkinan yang sama buat mengalami body dysmorphia, lho! (Indra Pramesti)

Mungkin enggak banyak dari kita tahu mengenai body dysmorphia. Umumnya, body dysmorphia (BDD) didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk terus memperhatikan kelemahan atau kekurangan yang ada pada tubuhnya. Misalnya muka berjerawat, mata sipit, kulit kusam, dan lain-lain.

Biar kita lebih mawas sama penyakit ini, yuk cari tahu lebih lanjut soal body dysmorphia!

(Baca juga: Waktu Cowok Nge-Chat “Kangen, Nih" Respon dengan 6 Ide Balasan Berikut)

Menurut penelitain dari Anxiety and Depression Association of America, ditemukan fakta bahwa body dysmorphia dialami oleh 1,7 – 2,4 % populasi manusia. Atau sama artinya dengan satu dibanding 50 orang akan memiliki gangguan ini.

Ciri-ciri yang ditunjukkan bagi penderita gangguan body dysmorphia adalah sikap yang obsesif. Misalnya saja, dia bisa menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk menatap tubuhnya sendiri di depan kaca, sambil melihat kekurangannya. Kebiasannya ini juga bisa memengaruhi kegiatannya sehari-hari, lho.

Dilansir dari Gurl.com, Mayo Clinic mengungkapkan jika bagian tubuh yang menurut seorang penderita body dysmorphia enggak sempurna bisa jadi memang nyata atau malah hanya khayalannya.

Artinya, bagian tubuh yang bikin si penderita stres, bisa jadi normal-normal saja. Hmm…

Body dysmorphia  mungkin lebih sering dikaitkan dengan gangguan yang sering dialami oleh perempuan. Namun kenyataannya, laki-laki juga bisa mengalami gangguan ini, lho.

Seperti dijelaskan oleh ADAA, setidaknya 2,5% laki-laki bisa mengalami body dysmorphia, dan perempuan sekitar 2,2%. Gangguan ini biasanya terjadi pada usia remaja, yakni sekitar awal 12-13 tahun.

Ada beberapa gejala-gejala seseorang bisa mengalami body dysmorphia. Gejala-gejala tersebut di antaranya;

Untuk kasus yang lebih ekstrim, body dysmorphia bisa menyebabkan seseorang jadi melukai dirinya sendiri, depresi, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Sayangnya, hingga sekarang para ahli belum menentukan penyebab yang jelas yang bisa memicu seseorang mengalami body dysmorphia. Meski begitu, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai penyebabnya.

Beberapa studi tentang gangguan ini menyebutkan jika perbedaan gen dan otak bisa menjadi pemicunya. Demikian dipaparkan oleh Mayo Clinic.

Faktor risiko di antaranya seperti mengalami gangguan lain, menderita trauma, memiliki kerabat yang menderita body dysmorphia, dan memiliki kecenderungan perfeksionis.

Seseorang yang menderita body dysmorphia bisa disembuhkan dengan melakukan treatment dari ahli gangguan mental. Treatment-nya pun akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-maisng pribadi. Sehingga setiap penderita memiliki treatment medis yang berbeda.

(Baca juga: 6 Hal yang Paling Dibenci Sama Introvert. Kamu Setuju?)