Di tahun 1938, beredar buku tentang etika nge-date yang sangat seksis berjudul “Gentlemen Aren’t Sissies” karangan Norton Hughes Jonathan. Dalam buku ini tertulis “Putri Prom bukan kita menangkan, tapi kita beli, seperti kuda”. Cewek yang datang ke Prom juga harus mengikuti aturan berpakaian khusus yang menonjolkan sisi feminin dan “Good Girl”.
Oh iya, acara Prom di abad ini benar-benar eksklusif untuk warga kulit putih atau kaukasia aja. Di era Jim Crow Laws, gerakan anti-semitis dan segregasi sangat gencar. Jadi, enggak ada tuh pelajar kulit hitam dan beragama selain kristen/katolik yang boleh ikut serta.Tentunya komunitas minoritas enggak mau ketinggalan dong dengan kemeriahan tradisi ini. Alhasil mereka membuat pesta dansa sendiri secara terpisah.
Prom sempat dihapus di Birmingham, Alabama pada tahun 1963 karena pelajar di sana sering ikut protes menentang gerakan segregasi dan rasisme. Bahkan di tahun 1994 pun sempat dihapus lagi di Weldowee, Alabama guna menentang pelajar yang berpacaran antar-ras.
(Baca juga: 14 Seleb Hollywood Ini Pergi ke Prom Night Bareng Fans Mereka, Sweet!)
Meski di tahun 2010-an seperti sekarang Prom udah bisa bebas diikuti hampir semua pelajar SMA, masih saja ada sekolah yang menjalankan aturan-aturan yang seksis, seperti mengharuskan cewek pakai gaun, serta dresscode yang menunjukkan “good girls” dan “bad girls”.
Beruntung, di Indonesia sampai sekarang enggak ada peraturan Prom seperti ini ya, girls. Sekolah hanya mengadakan Prom sebagai ajang untuk mengenang masa-masa SMA kita.