Karenanya, kelor cocok sebagai tanaman “pioner” untuk penghijauan dan pemulihan tanah gersang. Di lahan kebun, tanaman kelor biasa digunakan sebagai pagar hidup.
Sosok batang pokoknya tidak lurus betul, melainkan sedikit membengkok dan bercabang, dan ini bermanfaat sebagai pohon pendukung untuk tanaman merambat, seperti sirih atau lada.
Cara menanamnya sangat mudah, hanya dengan menancapkan setekan batang atau menyemai bijinya yang sudah tua, akan tumbuh tanaman baru.
Kelor tergolong cepat besar alias bongsor. Tingginya bisa mencapai 3 m. Bila dibiarkan bisa mencapai 8 – 12 m.
Baca Juga : Ammar Zoni dan Ranty Maria Putus, Aditya Zoni Beri Tanggapan Soal Sosok Cewek yang Pantas
Tanaman multifungsi
Hampir setiap bagian dari tanaman kelor dapat dimanfaatkan, termasuk akarnya. Bisa sebagai bahan kertas, bahan kosmetik, bahan minyak pelumas, obat tradisional, dan sebagai sumber pangan.
Bunga kelor pun dapat dimasak, selain menyediakan nektar bagi lebah madu. Di masyarakat kita, daun, bunga, dan buah kelor muda biasanya dimasak sayur bobor atau sayur bening. Rasanya? Sedap, meski ada sedikit rasa pahitnya.
Di India, buah kelor dimasak kari dan diawetkan dalam kaleng untuk dijual di supermarket.
Menurut laporan Michael D. Benge, dari Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS, di Washington DC, tahun 1987, daun kelor memiliki kadar vitamin A dan C yang cukup tinggi.
Selain itu, daun kelor juga dikenal kaya kalsium (Ca) dan zat besi (Fe). Juga sumber fosfor yang baik. Buah mudanya berkadar air tinggi dan kandungan proteinnya tinggi.
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |
KOMENTAR