PIKAT merupakan sekolah yang memberi pendidikan mengenai kerumahtanggaan, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan bahasa Belanda. Semakin berkembang, cabang PIKAT pun terdapat di luar Minahasa, yaitu di Poso, Donggala, Makassar, bahkan menyebar pula ke Kalimantan dan pulau Jawa.
“Alangkah pahitnya bila kita hanya menyerah pada kelemahan atau kekurangan perhatian orang lain terhadap hati nurani serta seluruh rencana dan gagasan kita.” - tulisan Maria Walanda Maramis, dalam suratnya kepada Ketua PIKAT Ny Liong, setelah Maria berpulang, dikutip cewekbanget.id dari klasika.kompas.id
Memperjuangkan hak perempuan, Maria Walanda Maramis juga pernah menulis opini di surat kabar Tjahaja Siang saat dirinya pindah ke Manado. Dalam surat kabar tersebut, Maria menuliskan soal pentingnya peran Ibu dalam keluarga. Baginya, Ibu memiliki kewajiban untuk mengasuh dan menjaga kesehatan keluarganya.
Sejak saat iitu, Maria Walanda Maramis dianggap sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi wanita di dunia pendidikan.
Baca Juga : Unik! Sekeluarga Tikus Dibuatkan Sebuah Desa Oleh Fotografer
Rasa Nasonalisme bagi Maria Walanda Maramis
Maria pun diketahui selalu menganjurkan teman-temannya untuk menggunakan bahasa Melayu saat berpidato ataupun berbicara dengan orang asing. Ia juga terlihat selalu mengenakan pakai daerah, kain, dan juga kebaya putih.
Peran perempuan di politik
Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama Minahasa Raad yang awalnya para anggota badan perwakilan tersebut sudah ditentukan Namun, ada rencana kalau wakil-wakil selanjutnya akan dipilih oleh rakyat. Tetapi sayangnya, pada waktu itu hanya laki-laki yang boleh memilih anggota badan perwakilan tersebut.
Tidak terima dengan ketidakadilan tersebut, Maria Walanda Maramis berusaha supaya wanita juga dapat dipilih dan memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan. bentuk protes dan gagasannya atas peran perempuan di politik pun Maria suarakan melalui artikel yang dimuat pada koran setempat.
Enggak sia-sia, usahanya pun akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1921, Batavia akhirnya memperbolehkan wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota Minahasa Raad.
Berkat perjuangan Maria pula, sekitar tahun 1930 perempuan pun diberi kesempatan untuk duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Keren!
Source | : | tribunnews.com,klasika.kompas.id |
Penulis | : | Elizabeth Nada |
Editor | : | Elizabeth Nada |
KOMENTAR