Cewekbanget.id - Salah satu yang menarik dari Google adalah adanya Google Doodle dari setiap negara yang berubah-ubah saat ada peristiwa atau tokoh atau event tertentu yang diperingati, ya. Yup! di Google Doodle, logo google dimodifikasi jadi sesuatu yanglucu dan unik, yang menggambarkan tokoh atau event atau peristiwa yang diperingati.
Seperti Google Doodle hari ini, 1 Desember 2018 yang menampilkan sosok Maria Walanda Maramis sebagai peringatan hari ulang tahun Beliau ke-146 tahun. Nah..penasaran kan siapa sebenarnya sosok Maria Walanda Maramis? Yuk, simak ulasannya!
Baca Juga : 7 Inspirasi Fashion dengan Outer Buat Para Hijabers Ala Selebgram Korea, Ayana Moon!
Siapa Maria Walanda Maramis?
Lahir dengan nama Maria Josephine Catherina Maramis pada 1 Desember 1872 di Kema, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Maria Walanda Maramis ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah pada 20 Mei 1969, atas perjuangannya memajukan keadaan wanita Indonesia pada awal abad ke-20.
Kehilangan Ayah Ibu diusia 6 tahun memabuat Maria harus hidup dan diasuh oleh Paman dan Bibinya. Dilansir dari klasika.kompas.id, Maria Walanda Maramis sempat memperoleh pendidikan di Sekolah Desa, namun setelah lulus, Maria enggak diberi kesempatan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Alasannya karena Maria adalah seorang perempuan dan bukan berasal dari keluarga yang punya posisi penting di pemerintahan, sehingga Ia tidak boleh meneruskan pendidikan.
Nah..kesenjangan yang tercipta karena status sosial dan gender itulah yang menjadi awal bagi Maria Walanda Maramis untuk memberontak.
Baca Juga : Akan Menikah, Intip 6 Fashion Couple Ala Adly Fairuz dan Angbeen Rishi Yuk!
Maria Walanda Maramis : Pejuang Hak Perempuan
Diketahui Maria menikah dengan Jozef Frederik Calusung Walanda yang berprofesi sebagai guru. Ia menikah di usia 18 tahun. Enggak menghalangi, Jozef justru mendukung dan mendorong keinginan Maria untuk selalu belajar. Jozef pun mengajari Maria Walanda Maramis bahasa Belanda dan membelikan buku-buku penting.
Berkat dukungan itulah, Maria mulai berpikir untuk memperjuangkan dan membebaskan kaum perempuan dari peraturan adat yang tidak menguntungkan. Berangkat dari situ, pada 8 Juli 1917, Maria berhasil mendirikan perkumpulan perempuan yang diberi nama Percintaan Ibu kepada Anak Temurunnya, disingkat PIKAT.
PIKAT merupakan sekolah yang memberi pendidikan mengenai kerumahtanggaan, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan bahasa Belanda. Semakin berkembang, cabang PIKAT pun terdapat di luar Minahasa, yaitu di Poso, Donggala, Makassar, bahkan menyebar pula ke Kalimantan dan pulau Jawa.
“Alangkah pahitnya bila kita hanya menyerah pada kelemahan atau kekurangan perhatian orang lain terhadap hati nurani serta seluruh rencana dan gagasan kita.” - tulisan Maria Walanda Maramis, dalam suratnya kepada Ketua PIKAT Ny Liong, setelah Maria berpulang, dikutip cewekbanget.id dari klasika.kompas.id
Memperjuangkan hak perempuan, Maria Walanda Maramis juga pernah menulis opini di surat kabar Tjahaja Siang saat dirinya pindah ke Manado. Dalam surat kabar tersebut, Maria menuliskan soal pentingnya peran Ibu dalam keluarga. Baginya, Ibu memiliki kewajiban untuk mengasuh dan menjaga kesehatan keluarganya.
Sejak saat iitu, Maria Walanda Maramis dianggap sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi wanita di dunia pendidikan.
Baca Juga : Unik! Sekeluarga Tikus Dibuatkan Sebuah Desa Oleh Fotografer
Rasa Nasonalisme bagi Maria Walanda Maramis
Maria pun diketahui selalu menganjurkan teman-temannya untuk menggunakan bahasa Melayu saat berpidato ataupun berbicara dengan orang asing. Ia juga terlihat selalu mengenakan pakai daerah, kain, dan juga kebaya putih.
Peran perempuan di politik
Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama Minahasa Raad yang awalnya para anggota badan perwakilan tersebut sudah ditentukan Namun, ada rencana kalau wakil-wakil selanjutnya akan dipilih oleh rakyat. Tetapi sayangnya, pada waktu itu hanya laki-laki yang boleh memilih anggota badan perwakilan tersebut.
Tidak terima dengan ketidakadilan tersebut, Maria Walanda Maramis berusaha supaya wanita juga dapat dipilih dan memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan. bentuk protes dan gagasannya atas peran perempuan di politik pun Maria suarakan melalui artikel yang dimuat pada koran setempat.
Enggak sia-sia, usahanya pun akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1921, Batavia akhirnya memperbolehkan wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota Minahasa Raad.
Berkat perjuangan Maria pula, sekitar tahun 1930 perempuan pun diberi kesempatan untuk duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Keren!
Baca Juga : Gampang Banget! Putihkan Gigi & Scrub Bibir Kita dengan Buah Stroberi!
Monumen Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi
Untuk mengenang jasa Maria Walanda Maramis yang meningggal pada 22 April 1924 pada usia 52 tahun, pemerintah di Manado membangun Monumen Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi, Kecamatan Kalawat.
Dikutip dari tribunnews.com, Monumen ini dibangun pada 8 Maret 1987 saat kepemimpinan Gubernur Rantung.
Itu dia sekilas mengenai sosok pejuang hak Perempuan, Maria Walanda Maramis. Sudah sewajarnya kita sebagai cewek perlu berbangga dan terus berusaha meneruskan perjuangan Beliau di era modern ini, girls. Salah satu hak perempuan yang bisa kita terus perjuangkan adalah penghapusan kekerasan terhadap perempuan, ya. (*)
Source | : | tribunnews.com,klasika.kompas.id |
Penulis | : | Elizabeth Nada |
Editor | : | Elizabeth Nada |
KOMENTAR