Ada Hubungannya dengan Lanskap Kimia
Dilansir dari laman kompas.com, jadi sebenarnya ada yang namanya lanskap kimia, dan lanskap kimia ini kasat mata sehingga kita enggak bisa melihatnya dengan mata telanjang.
Lanskip kimia ada di udara dan juga mikrobakteri dalam kulit kita, girls. Lewat lanskap kimia ini lah nyamuk bisa menentukan ‘korban’ gigitan mereka.
Penjelasannya, nyamuk mengandalkan karbon dioksida buat menemukan mangsanya. Nah, ketika kita menghembuskan napas, dalam sepersekian detik karbondioksida ini mengambang di udara sehingga meninggalkan ‘jejak’ yang bisa jadi incaran nyamuk.
Baca Juga: Ternyata, Ini Penyebab Jerawat di Bokong dan Cara Mencegahnya!
Dalam radius kira-kira 50 meter, nyamuk sudah bisa mengetahui di mana lokasi karbon dioksida tersebut dan dalam waktu yang cepat, nyamuk akan menghitung suhu kulit dan keberadaan uap air yang bisa membuatnya menentukan siapa targetnya.
Nah target nyamuk ini sangat bergantung dengan senyawa kimia yang diproduksi oleh koloni mikroba dalam kulit kita, yang mana ini adalah lanskip kimia yang disebutkan tadi.
Karena rangkaian kimia yang rumit dan ada banyak sekitar lebih dari 300 senyawa kimia berbeda, maka sebenarnya menentukan target paling potensial buat gigitan nyamuk itu sangat sulit dan bergantung dengan faktor genetik dan lingkungan.
Tapi inti yang didapatkan dalam penelitian dalam jurnal PLOS ONE tahun 2011, para ahli menemukan fakta bahwa seseorang yang punya banyak ragam mikroba kulit cenderung lebih sedikit digigit nyamuk dibandingkan dengan orang yang mikrobanya enggak terlalu banyak.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Indah Permata Sari |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR