Cewekbanget.id - Banyak hasil olahan makanan yang sering beredar di sekitar kita.
Namun, perlakuan saat pengolahan pada makanan tersebut membuat makanan yang sebenarnya makanan sehat jadi enggak sehat.
Beberapa makanan sehat sering banget diolah dengan cara yang salah yang justru membuat kandungan gizi di dalamnya berkurung hingga menghilang.
Idealnya makanan sehat adalah makanan yang kita konsumsi tanpa menghilangkan kualitas di dalamnya.
Apa aja nih makanan yang sering salah pengolahan di sekitar kita? Yuk cari tahu!
Baca Juga: Yuk Coba Bedain Wajah Adik Kembar Adik Raditya Dika, Ingga & Anggi!
Kacang polong
Kacang polong kaya protein dan rendah lemak namun sering dikemas dalam kaleng yang punya lapisan BPA.
Nah, bahan kimia BPA ini merupakan salah satu penyebab penyakit kanker, jantung, dan pubertas dini.
Lebih baik sebelum mengonsumsi kacang polong, rendam kacang-kacang tersebut di air bersih.
Baca Juga: Cerita Jungkook yang Hampir Memilih Jadi Dancer Dibanding Debut Bareng BTS. ARMY Sudah Tahu?
Apel
Disarankan buat mengonsumsi apel berwarna merah, kuning, atau hijau secara keseluruhan.
Pastikan juga apel yang kita beli itu adalah apel organik dan masih segar.
Apel merupakan buah umum dikonsumsi sebagai cemilan yang gampang ditemukan.
Baca Juga: Setelah 16 Tahun Debut, Grup Kpop TVXQ Akhirnya Konser di Jakarta!
Ubi jalar
Ubi jalar masuk dalam kategori umbi-umbian yang kaya vitamin A, antioksidan, dan anti inflamasi.
Ubi jalar biasa dikonsumsi dengan menggorengnya, namun tahu enggak sih kalau menggoreng ubi jalar bisa menambah kanlori dan lemak lebih banyak dari sebelumnya.
Proses rebus adalah pengolahan paling baik untuk ubi jalar.
Baca Juga: Bisa Buat Kondangan, Pakai 3 Dress Bahan Tile untuk Gaya Hijabers Feminin nan Manis!
Banyak yang menjadikan buah kering sebagai oleh-oleh.
Walaupun terbuat dari buah yang mengandung banyak hal baik dalam makanan, penambahan gula dan pemanis di proses pengeringan tentunya akan merusak kandungan alami dalam buah.
(*)
Penulis | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
Editor | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
KOMENTAR