Enggak melakukannya sendiri, ada seorang instruktur yang akan mengantar para peserta layanan ini untuk melewatkan 'masa-masa terakhir' di dunia sebelum masuk ke dalam peti mati kayu.
Yup! instruktur ini berperan seolah-olah seperti malaikat maut.
Baca Juga: Pakai Tas Ransel Seharga Puluhan Juta Rupiah, Begini Gaya Super Simpel Ala Asila Maiza, Anak Ramzi!
"Di saat-saat terakhir sebelum mati ini, siapa yang ada di pikiran Anda? Sekarang Anda sedang sekarat, organ-organ berhenti berfungsi, dan Anda akan menghembuskan napas terakhir," ujar instruktur kepada para partisipan sebelum peti mati ditutup.
Belajar menghargai kehidupan
Walaupun terdengar aneh dan seakan buruk, tapi tujuan dari aksi pura-pura mati ini membuat para partisipan jauh lebih menghargai kehidupan.
"Inilah alasan mengapa saya berpikir bahwa prosesi ini sangat penting. Kita bisa meminta maaf dan berbaikan lebih cepat, kemudian menjalani sisa kehidupan dengan bahagia," ujar Jeong Yong-mun, selaku Kepala pusat penyembuhan Hyowon.
Ia juga menyatakan bahwa para peserta mendapat banyak pelajaran saat menjalani layanan ini.
Baca Juga: Ternyata Perubahan Mood Karena Menstruasi Itu Ada Jadwalnya Lho! Wajib Tahu!
Para partisipan pun jadi lebih menyadari kesalahan yang telah dilakukan, lalu berusaha meminta maaf kepada teman dan keluarga setelah mengikuti layanan berpura-pura mati tersebut. Yup! lebih baik terlambat daripada enggak sama sekali kan, girls?
"Ketika Anda mengenal dan mengalami kematian, Anda mulai berpikir untuk menjalani kehidupan yang lebih baik," ujar Cho Jae-hee, salah satu partisipan, setelah mengikuti layanan gratis ini.
Berpengaruh juga pada orang yang mau bunuh diri
Selain berpengaruh pada kita agar lebih menghargai hidup, ternyata berpura-pura mati juga berpengaruh pada orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental dan cenderung ingin bunuh diri.
Jeong mengatakan bahwa pemakaman untuk orang hidup ini membantu orang-orang yang ingin bunuh diri berubah pikiran.
Yup, seperti fakta yang ada, Korea Selatan diketahui sedang menghadapi krisis kesehatan mental ekstrem.
Menurut data yang dipublikasikan pada jurnal BMJ Open, dari 1993 sampai 2016, ada sekitar 250 ribu orang atau 4,2% dari jumlah populasi negara, yang meninggal akibat bunuh diri.
Baca Juga: Datang ke Festival Sewindu Tulus, Begini Gaya Kasual Asila Maisa, Anak Ramzi. Keren!
Itu dia penjelasan mengenai "layanan pemakaman untuk orang hidup" di Korea Selatan. Berniat mencobanya, girls? (*)
Artikel ini pernah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul "Berpura-pura Mati, Cara Warga Korea Selatan Mengahrgai Hidup"
Penulis | : | Elizabeth Nada |
Editor | : | Elizabeth Nada |
KOMENTAR