CewekBanget.ID - Kasus COVID-19 di dunia terus menunjukkan peningkatan, terutama di Indonesia.
Hal ini bisa jadi disebabkan kurangnya penerapan aturan protokol kesehatan oleh kebanyakan orang.
Padahal, menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS Medicine seperti dikutip dari CNN, ada 3 tindakan sederhana yang dinilai dapat menghentikan pandemi ini, lho.
Baca Juga: Awas! Pakai Face Shield Tanpa Masker Tetap Bisa Tertular Covid-19!
Cuci Tangan Secara Teratur
Rajin mencuci tangan, terutama setelah beraktivitas di luar rumah dan menyentuh berbagai permukaan benda, bisa meminimalisir risiko infeksi dan penularan COVID-19.
Meski terlihat sepele, mencuci tangan selama 20 detik dengan air mengalir dan sabun dapat membunuh kuman serta membasmi bakteri dan virus pada kulit.
Rutin mandi dan membersihkan tubuh juga dapat membuat kita lebih bisa terhindar dari virus corona.
Mengenakan Masker
Nah, jangan sampai karena new normal diterapkan, kita jadi merasa penggunaan masker sudah enggak diperlukan lagi, ya.
Malah, dengan kembali dibukanya aktivitas sosial secara bertahap, pemakaian masker wajah demi menghindari penularan virus melalui droplets jadi semakin penting.
Apalagi dengan temuan bahwa virus corona bisa bertahan dan menyebar melalui airborne atau udara.
Baca Juga: Studi: Penularan COVID-19 Justru Lebih Sering Terjadi di Rumah!
Menjaga Jarak (Physical / Social Distancing)
Selain mengenakan masker, menjaga jarak fisik maupun sosial juga masih harus dilakukan meski PSBB sudah beralih ke tahap transisi.
Hindari kerumunan dan berada terlalu dekat dengan orang lain saat di tempat umum.
Hal ini karena penularan virus dapat berlangsung melalui sentuhan kulit ke kulit serta droplets.
Persentase Keberhasilan
Dalam studi dari PLoS Medicine tersebut diungkapkan dengan menciptakan model baru untuk melihat penyebaran penyakit dan upaya pencegahan yang dapat membantu menghentikan pandemi global ini.
Menurut para peneliti di University Medical Center Utrecht, tingkat kontak dalam penelitian ini didasarkan pada interaksi orang-orang di Belanda, namun model ini diklaim sesuai untuk diterapkan di negara-negara Barat lainnya.
Menurut peneliti, epidemi besar dapat dicegah jika kemanjuran dari tindakan ini dapat melebihi 50%.
Namun, menurut model ini, jika masyarakat terlambat menyadari manfaat dari tindakan ini, dan cenderung mengabaikan atau enggak mengubah perilaku, maka kasus infeksi akan terus meningkat.
Studi ini juga menemukan apabila pemerintah dapat lebih awal menutup, tetapi enggak ada yang mengambil langkah-langkah perlindungan pribadi tambahan, ini akan menunda namun tidak mengurangi puncak kasus.
Menurut peneliti, intervensi dalam 3 bulan akan menunda puncaknya, paling banyak hingga 7 bulan.
Jika jarak fisik (physical distancing) dipaksakan pemerintah dikombinasikan dengan kesadaran penyakit dan upaya pribadi, maka ketinggian puncak dapat dikurangi, bahkan setelah pemerintah memberlakukan perintah jarak sosial.
"Secara praktis, ini berarti bahwa SARS-CoV-2 tidak akan menyebabkan wabah besar di negara yang 90 persen populasi masyarakatnya mengadopsi cuci tangan dan jarak sosial yang berkhasiat 25 persen," tulis peneliti.
Bahkan dengan jarak sosial yang ditentukan sendiri, kontak dengan orang lain mungkin enggak sepenuhnya dihilangkan, misalnya orang yang hidup bersama akan berinteraksi, meningkatkan kemungkinan seseorang jatuh sakit dan wabah kecil masih mungkin terjadi.
Baca Juga: Ernest Prakasa Ajak Netizen Buat Tetap Percaya Bahaya Virus Corona Itu Nyata
Pentingnya Edukasi
Para penulis berpendapat, pemerintah harus mendidik masyarakat tentang bagaimana virus menyebar.
Selain itu, perlu ditekankan tentang upaya meningkatkan kesadaran tentang peran penting dari menjaga jarak, mencuci tangan, juga mengenakan masker dalam mengendalikan epidemi yang sedang berlangsung.
Kendati demikian, model ini enggak berlaku demografi, serta enggak menjelaskan isolasi yang enggak sempurna dari orang yang sakit COVID-19, yang berarti mereka dapat menginfeksi orang lain yang merawat mereka, baik di rumah sakit maupun di rumah.
Selain itu, batasan dari model ini juga tidak menjelaskan tentang kemungkinan potensi infeksi ulang virus corona baru ini.
Para pemimpin kesehatan masyarakat Amerika telah menggemakan sentimen penelitian ini baru-baru ini.
"Jika kita semua mengenakan masker wajah untuk 4, 6, 8, hingga 12 minggu ke depan, di seluruh negara, penularan virus ini akan berhenti," kata Dr. Robert Redfield, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Hal senada juga ditekankan Laksamana Brett Giroir, seorang anggota gugus tugas koronavirus Gedung Putih, yang mengatakan masker dan jarak fisik dapat dengan cepat menghentikan penyebaran pandemi.
"Fakta-fakta sederhana ini benar-benar dapat mematikan wabah (COVID-19) tanpa benar-benar mematikan daerah Anda," kata Giroir.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR