CewekBanget.ID - Sejumlah penelitian membuktikan bahwa kelompok usia tua menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terinfeksi COVID-19.
Tapi ini bukan berarti kelompok remaja dan dewasa muda enggak berisiko sama sekali, ya.
Malah, menurut penelitian baru di Journal of the American Medical Association, kelompok dewasa muda masih membawa risiko yang signifikan dan juga bisa mengalami gejala yang parah.
Baca Juga: Awas Keliru, Ini 6 Mitos dan Fakta Soal Penularan Virus Corona!
Kelompok Muda Rentan COVID-19
Para peneliti menemukan bahwa orang dewasa berusia 18-34 tahun yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 memiliki risiko penyakit parah yang relatif tinggi.
Lebih dari 20% pasien membutuhkan perawatan intensif, sedangkan sekitar 10% ditempatkan pada ventilasi mekanis dan hampir 3% meninggal dunia.
Usia rata-rata kelompok ini adalah 28 tahun, dan lebih dari 57% adalah laki-laki.
Meskipun angka kematian dewasa muda karena COVID-19 tetap lebih rendah, angka yang ditunjukkan tetap dua kali lipat dibandingkan kematian akibat serangan jantung pada orang dewasa muda.
Dilansir dari Kompas.com, dokter penyakit menular dari Texas Health Resources di Bedford, Texas, Nikhil Bhayani menyoroti bukti terbaru yang menunjukkan bahwa orang muda juga berisiko terkena COVID-19 yang parah.
Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tentang pasien yang dirawat di rumah sakit, 20% masih berusia 20-44 tahun.
Dari pasien yang dirawat di perawatan intensif, hampir 40% berusia 45-64 tahun dan 12% berusia antara 20-44 tahun.
Baca Juga: Ahli: Tingkat Depresi Naik 3 Kali Lipat Dibanding Sebelum Pandemi!
Kondisi Kesehatan Pemicu Kerentanan
Menurut CDC, orang tua dan pasien dengan masalah kesehatan kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung dianggap berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.
Namun, para peneliti menemukan faktor-faktor ini juga dapat memengaruhi pasien yang lebih muda.
Umumnya, kondisi kesehatan seperti obesitas yang enggak sehat, hipertensi, dan diabetes berkaitan dengan risiko efek samping yang lebih besar.
Menurut penelitian, kelompok dewasa muda dengan lebih dari satu kondisi di atas menghadapi risiko COVID-19 yang sama dengan lansia, termasuk potensi masuk ICU, intubasi, dan kematian.
Kegemukan dan obesitas juga wajib diwaspadai karena meningkatkan risiko gumpakan darah yang bisa berakibat fatal pada pasien COVID-19.
Obesitas juga berdampak buruk pada fungsi paru-paru dengan menghambat pergerakan diafragma, sehingga menyebabkan masalah ventilasi dan oksigen, meningkatkan risiko infeksi dan ARDS (sindrom gangguan pernapasan akut).
Pengalaman masa lalu dengan pasien H1N1 (flu babi) dengan tingkat komplikasi dan kematian lebih tinggi pada pasien yang mengalami obesitas, diabetes dan hipertensi, sebaiknya juga menjadi perhatian kita.
Pentingnya Pembatasan Sosial
Sebelum vaksin tersedia, penggunaan masker dan pembatasan sosial adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan virus penyebab COVID-19.
CDC memberikan beberapa tips praktik pembatasan sosial yang perlu diterapkan sebelum kita memutuskan ke luar rumah.
Sebelum ke luar rumah, ketahui dan patuhilah pedoman kesehatan pemerintah setempat.
Baca Juga: Menggunakan Transportasi Umum Saat Pandemi, Biasakan 4 Hal Ini!
Kemudian tetaplah terhubung secara sosial dengan teman-teman dan kerabat yang enggak tinggal satu rumah melalui sambungan telepon, video, atau melalui media sosial alih-alih bertemu langsung untuk meminimalisir kontak fisik dan risiko paparan virus.
Hindari pula kerumunan dan tempat berkumpul yang mungkin sulit untuk menjaga jarak antar-orang seenggaknya 2 meter.
Terakhir, usahakan menjaga jarak dengan orang lain minimal 2 meter dan gunakan masker.
(*)
Skincare Lokal Avoskin Membuka Avoskin Sanctuary dalam Perayaan 10 Tahun Komitmen Green and Clean Beauty
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR