Dilansir dari Kompas.com, pakar penyakit menular dan sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, Dr. Amesh Adalja, mengaku enggak heran dengan fakta bahwa orang muda mengalami infeksi virus dalam jumlah besar.
Bukan cuma karena orang-orang muda lebih mudah dideteksi, mereka pun cenderung lebih toleran terhadap risiko atau cenderung terlibat dalam perilaku berisiko.
Sedangkan orang yang lebih tua lebih berhati-hati dalam menghadapi bahaya.
Anak Muda Kebal Virus Corona?
Gagasan bahwa anak muda mungkin lebih kebal terhadap virus mungkin juga memicu perilaku yang mengabaikan protokol kesehatan dan berisiko memperluas penyebaran virus.
Namun, Wakil Direktur Penyakit Menular CDC, Dr. Jay C. Butler pernah membantah anggapan tersebut pada akhir Juni lalu.
Baca Juga: Ada 7 Gejala Baru Penularan COVID-19! Salah Satunya Muncul Lebih dari Sebulan!
"Meskipun mereka mungkin berisiko lebih rendah dari kematian atau infeksi parah akibat Covid-19, tidak berarti bahwa mereka sama sekali tidak dapat terinfeksi atau tidak biaa menularkannya kepada orang lain," katanya.
Memang orang-orang muda enggak sepenuhnya kebal terhadap COVID-19, sebab orang-orang dengan penyakit penyerta, seperti asma, masih memiliki risiko mengalami COVID-19 parah.
Selain itu, orang muda berusia sekitar 26 tahun dilaporkan sebagai 'long-haulers' atau berpotensi mengalami efek samping jangka panjang, meski sudah beberapa bulan pulih dari infeksi virus.
(*)
Skincare Lokal Avoskin Membuka Avoskin Sanctuary dalam Perayaan 10 Tahun Komitmen Green and Clean Beauty
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR