CewekBanget.ID - Meskipun sudah semakin banyak orang yang mendapatkan vaksin COVID-19, bukan berarti kehidupan akan segera kembali normal.
Para ahli kesehatan terus memperingatkan agar kita tetap mematuhi protokol kesehatan, salah satunya dengan tetap memakai masker.
Mendapatkan vaksinasi bukan berarti seketika kita bisa kembali ke gaya hidup sebelumnya, ya! Hingga saat kekebalan kelompok tercapai, vaksin sekarang hanya lapisan perlindungan lain terhadap COVID-19.
Padahal untuk mencapai kekebalan kelompok, 50-80% dari populasi perlu divaksinasi.
Tentunya, hal tersebut memerlukan waktu yang enggak sebentar.
Vaksin tentu saja merupakan langkah ke arah yang benar dan itu adalah alasan kita bisa sedikit lega, tetapi kita belum keluar dari masa pandemi.
Makanya, sejumlah alasan berikut ini juga jadi pengingat agar kita tetap mematuhi protokol kesehatan dan memakai masker meski telah divaksin.
Vaksin Membutuhkan Waktu
Kita enggak akan mencapai tingkat efektivitas kekebalan 94-95% sampai beberapa minggu setelah menerima vaksin kedua.
Setelah dosis pertama, kita mendapatkan respons kekebalan parsial, yang merupakan kabar baik; tetapi itu enggak berarti kita terlindungi sepenuhnya.
Vaksin membutuhkan waktu yang terbilang cukup lama untuk memberikan kita kekebalan, maka pakailah masker sebagai tindakan pencegahan.
Enggak Memberikan Perlindungan 100%
Meskipun sangat efektif, vaksin hanya menawarkan perlindungan 94-95% saja.
Tetapi setelah divaksin, orang-orang masih tetap berisiko untuk terkena COVID-19.
Sebagai perbandingan, vaksin campak 97% efektif setelah dua dosis.
Program vaksinasi dimulai di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1963, tetapi penyakit ini belum dianggap hilang sampai tahun 2000.
Memungkinkan Penyebar Asimptomatik
Meski vaksin mencegah penyakit, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah vaksin juga mencegah penularan.
Para ahli khawatir bahwa orang yang divaksin masih bisa terinfeksi tanpa gejala dan kemudian menyebarkannya ke orang lain yang belum mendapatkan vaksin.
Sejak pandemi terungkap hampir 10 bulan yang lalu, para ahli sudah cemas tentang penyebarannya yang enggak menunjukkan gejala atau asimptomatik.
Jika orang yang divaksin enggak terus memakai masker wajah, mereka dapat menyebabkan virus terus beredar.
Mendapatkan vaksinasi berarti jauh lebih kecil kemungkinannya kita untuk sakit; tapi kita juga harus melindungi orang lain sementara mereka menunggu giliran untuk menerima vaksin.
Baca Juga: Bukan Sirup atau Puyer, Ini Alasan Kenapa Vaksin Harus Disuntikkan!
Melindungi Orang yang Enggak Dapat Divaksin
Kita tahu bahwa orang dengan kondisi medis yang kronis seperti penyakit jantung dan kanker berisiko terkena kasus COVID-19 yang parah. Apalagi populasi ini enggak terlibat dalam uji klinis, kita enggak dapat berasumsi mereka akan memiliki kekebalan yang sama.
Kita juga disarankan, apabila memiliki reaksi alergi terhadap salah satu bahan dalam vaksin, untuk enggak boleh mendapatkan vaksinasi.
Apabila kita memiliki reaksi alergi terhadap dosis pertama, kita enggak direkomendasikan untuk mendapatkan dosis kedua.
Beberapa perempuan hamil yang juga dianggap berisiko tinggi dan enggak termasuk dalam uji klinis memilih untuk enggak mendapatkan vaksinasi atau memilih untuk divaksin setelah mereka melahirkan.
Dosis Vaksin Terbatas
Para ahli memperkirakan, jumlah vaksinasi yang diperlukan untuk membuat dampak pada kekebalan kelompok enggak akan tercapai sampai tahun 2022.
Maka dari itu kita harus tetap memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan besar, dan menjaga jarak sosial untuk waktu yang lebih lama.
Kita mungkin melihat pedoman pemakaian masker akan berubah setelah cukup banyak orang yang divaksinasi, serta jika kasus dan kematian telah turun; tetapi sampai saat ini, kita harus tetap waspada dalam perjuangan kita untuk mengendalikan COVID-19.
(*)
Baca Juga: Pikir Ulang untuk Langsung Nongkrong Setelah Divaksin. Ingat Hal Ini!
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR