CewekBanget.ID - Peringatan yang satu ini masih terdengar cukup asing, girls?
Walaupun enggak sepopuler hari atau peringatan lainnya, tapi Hari Sarjana Indonesia atau Hari Sarjana Nasional termasuk salah satu hari penting yang kita peringati setiap tahunnya, lho.
Diperingati setiap tanggal 29 September, Hari Sarjana Indonesia memang belum diketahui pasti latar belakang sejarahnya.
Baca Juga: Diperingati Setiap 29 September, Yuk Intip Berbagai Makna Hari Sarjana Indonesia!
Namun, Hari Sarjana Nasional bisa dimaknai sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan para sarjana, yang diharapkan jadi salah satu penentu kemajuan bangsa.
Selain itu, peringatan Hari Sarjana Indonesia juga bisa dimaknai sebagai momen untuk mebevaluasi dan kembali mengingat peran sarjana dalam membangun bangsa, melalui pendidikan.
Menyambut Hari Sarjana Indonesia, kali ini kita akan berkenalan dengan sosok perempuan pertama Indonesia yang meraih gelar Sarjana Hukum, Maria Ulfah!
Anak Bupati yang raih gelar Sarjana Hukum di Belanda
Enggak banyak diekspos, Maria Ulfah yang lahir pada 18 Agustus 1911 adalah seorang anak Bupati Kuningan (tahun 1923).
Dilansir dari website Kemendikbud, Maria Ulfah mulai bersekolah saat ayahnya dipindahkan ke Jakarta pada 1917.
Maria diketahui bersekolah di Sekolah Dasar di Jalan Cikini, lalu pindah ke SD di Willemslaan (kini Jalan Perwira).
Setelah lulus, Maria Ulfah masuk ke Sekolah Menengah Koning Willem III School pada 1924.
Baca Juga: Ingin Kejar Gelar Sarjana dari Amerika Serikat? Ikuti Jejak Deretan Selebritis Ini
Kegelisahan Maria Ulfah di masa kecil, ketika melihat ketidakadilan yang dialami oleh perempuan, membuatnya menjadi sosok cewek yang hebat dan berjuang untuk perubahan.
Berani memperjuangkan nasib perempuan, Maria Ulfah diketahui menjadi perempuan pertama Indonesia yang merah gelar Meester in de Rechten (Mr) atau Sarjana hukum dari Universitas Leiden, Belanda. Salut banget, ya!
Ikut sang ayah, Raden Mohammad Achmad pindah ke Belanda, setelah lulus sekolah Maria diketahui mulai berkuliah tahun 1929.
Maria Ulfah pun berhasil menyelesaikan pendidikannya dalam waktu hanya 4 tahun, yaitu di tahun 1933. Keren!
Baca Juga: Baru Lulus S1, Begini Kata Prilly Latuconsina Tentang S2-nya!
Sepak terjang Maria Ulfah memperjuangkan nasib perempuan
Berjuang untuk perubahan dan nasib perempuan, saat menempuh pendidikan di Belanda, Maria Ulfah ternyata bertemu dengan banyak mahasiswa pejuang, yang nantinya ternyata menjadi tokoh penting di Indonesia.
Diantaranya adalah Bung Hatta dan Sutan Sjahrir.
Dilansir dari Kompas.com, lingkungan inilah yang membentuk Mari Ulfah sebagai seorang nasionalis, walau ayah Maria adalah bupati kolonial
Dilansir dari Kompas.com, Maria mengatakan bahwa ia sering ikut diskusi dengan mahasiswa Indonesia tersebut.
"Hampir setiap ada kesempatan, para mahasiswa Indonesia berkumpul dan mengadakan diskusi," kata Maria, dikutip Harian Kompas, 16 April 1988.
Baca Juga: 5 Fakta Mutiara Baswedan, Anak Anies Baswedan yang Raih Gelar Sarjana Hukum!
Maria Ulfah pun mulai semakin menyuarakan cita-citanya untuk memperbaiki nasib perempuan pada Kongres Perempuan II tahun 1935 di Jakarta.
Seperti dilansir dari Kompas.com, dalam kongres tersebut Maria mengusulkan pembentukan suatu biro konsultasi perkawinan guna melindungi wanita yang telah menikah.
Akhirnya pada 1937, biro itu pun didirikan. Yup! biro inilah yang menjadi cikal bakal BP4 (Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian).
Menyusul kemudian biro yang dinamakan Komisi Perlindungan Kaum Perempuan dan Anak Indonesia (KPKPAI) pada 1939 yang kemudian diubah menjadi Badan Perlindungan Perlindungan Indonesia (BPPI) pada Kongres Perempuan III.
Baca Juga: Menyeimbangkan Karier dan Pendidikan, Prilly Latuconsina Lulus Kuliah!
Menjadi menteri perempuan pertama Indonesia
Sempat menjadi guru sekolah Muhammadiyah di,Jakarta, Maria kemudian ditunjuk menjadi Menteri Sosial di era Sjahrir.
Penunjukan Maria untuk membantu pengurusan pengembalian tawanan interniran, yang terdiri dari Belanda, Perancis dan keturunan Indonesia.
Dilansir dari Kompas.com, "karena itu, Bung Sjahrir yang menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri RI mendesak saya menerima jabatan itu," kata Maria dalam Harian Kompas, 21 Desember 1980.
Penujukan dan kesediaan Maria Ulfah menerima jabatan itu pun menjadikannya sebagai menteri perempuan pertama Indonesia.
Baca Juga: Jadi Sarjana Lulusan Amerika Tanpa Tinggalkan Tanah Air, Ini Caranya!
Namun, setelah menjalani perawatan akibat penyakit bronkitis, asma dan lambung berdarah, Maria Ulfah diketahui meninggal dunia pada 15 April 1988 di usia 76 tahun.
Selamat jalan Maria Ulfah, jasa dan perjuanganmu akan selalu kami kenang.
(*)
Penulis | : | Elizabeth Nada |
Editor | : | Elizabeth Nada |
KOMENTAR