Nah, justru itu masalahnya, girls!
Melansir dari The New York Times, love bombing diketahui lebih mengarah pada seseorang yang menciptakan manipulasi lingkungan agar ia tampak sempurna, atau kita seakan-akan adalah pasangan yang sempurna baginya.
Kadang hal ini belum tentu benar adanya dan lebih merupakan ilusi untuk memamerkan 'romantisme' lewat media.
Enggak Seperti Kelihatannya
Beberapa pendapat lain menyebutkan bahwa love bomber alias pelaku 'bombardir' cinta bertujuan untuk menipu orang lain dengan menunjukkan hubungan yang enggak otentik.
Jadi, apa yang dilihat orang lain hanya permukaannya saja dan mereka enggak bakal mengetahui kenyataan di baliknya.
Misalnya, di depan publik doi sering menggenggam tangan kita, memanggil kita dengan sayang, memuji-muji kita, hingga memberikan barang-barang mewah.
Baca Juga: Aya Canina Akui Alami Kekerasan Saat Pacaran dengan Rekan Band-nya Amigdala
Tapi di baliknya, mungkin ia justru melakukan kekerasan fisik, emosional, hingga seksual, dan membuat kita berada di bawah ancaman.
Bisa jadi pula ia melakukan love bombing dengan konsekuensi ia akan menghentikan hal-hal manis yang dilakukannya untuk kita jika kita enggak menuruti kemauannya.
Selain itu, bukan enggak mungkin doi melakukan hal yang sama pada orang lain selama masih menjalani hubungan dengan kita.
Love bombing kerap dikaitkan dengan perilaku narsistik dalam hubungan.
Source | : | The Atlantic |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR