Momen itu menjadi yang terburuk bagi Cinta, terlebih dia sudah berada di dunia entertain sejak remaja.
Dulu, imej Cinta memang jauh berbeda dari saat ini.
Cinta yang dulu banyak dinilai sebagai remaja keturunan bule yang populer, tanpa mencoba fokus pada karya yang sudah dia hasilkan.
Mengesampingkan validasi
Dari perjalanan minim apresiasi itu, Cinta Laura akhirnya menyadari kalau validasi bukan hal yang mestinya mati-matian dia kejar.
Justru semakin harapkan pengakuan, Cinta malah makin merasa kreativitasnya terhambat.
"Sedikit-demi sedikit aku sadar… validasi yang aku incar dari dunia externalku membuat kreativitasku terhambat DAN yang lebih buruknya lagi, membuatku tidak dapat SEPENUHNYA menjadi diriku sendiri," lanjutnya.
Baca Juga: Cinta Laura Pidato Pedoman Moderasi Beragama di Kementerian, Masuk Politik Nih?
Ketika itu Cinta jadi makin yakin kalau kita sayang dan bangga pada diri sendiri justru membuka perhatian orang lain untuk lebih bisa menerima kita.
"Aku tidak sadar bahwa kejujuran dalam menjadi diri sendiri adalah apa yang dapat membuat orang lain bisa merasa lebih dekat dan mengerti siapa diriku sebenarnya.
Aku belajar bahwa diriku CUKUP dan dari situlah aku menjadi lebih berani dan bebas dalam mengeksperikan opiniku, mengambil risiko dalam berkarya dan menjadi diriku yang sesungguhnya."
Penulis | : | Tiara Harum Pramesti |
Editor | : | Tiara Harum Pramesti |
KOMENTAR