Di sisi lain, hubungan seks dengan orang lain yang sering bergonta-ganti pasangan juga bisa meningkatkan risiko PMS pada seseorang, apa lagi kalau hubungan dilakukan tanpa menggunakan kondom.
Enggak hanya melalui hubungan seks, PMS juga dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntik berulang yang enggak terjaga higienitasnya, misalnya ketika transfusi darah.
Lebih ngeri lagi, infeksi dapat terjadi dan menular dari ibu hamil ke janin saat kehamilan maupun persalinan.
Gejala
Biasanya gejala PMS sulit dikenali di awal penularan.
Tapi kita dapat mewaspadai sejumlah tanda seperti perubahan pada urin, nyeri panggul atau perut bagian bawah, dan vagina yang terasa panas atau gatal.
Selain itu, gejala seperti rasa sakit saat berhubungan seks, muncul kutil dan memar, hingga demam dan menggigil juga bisa menandakan penyakit menular seksual.
Baca Juga: Infeksi Jamur dan 4 Faktor yang Jadi Penyebab Vagina Terasa Gatal!
Kalau kita juga mengalami rasa sakit saat buang air kecil, keputihan abnormal, dan pendarahan vaginal di luar siklus menstruasi, segera periksa ke dokter karena hal itu bisa jadi gejala penyakit menular seksual.
Meski belum aktif secara seksual, kita harus mulai mencegah risiko terkena penyakit menular seksual sejak dini dengan rajin menjaga kesehatan vagina.
Bukan hanya itu, vaksinasi dan pap smear juga dapat membantu kita mengurangi risiko terkena penyakit atau infeksi menular seksual.
Ingat, kendati masih remaja dan enggak aktif secara seksual, memahami pendidikan seksual dan pengetahuan mengenai penyakit menular seksual sebaiknya kita lakukan sejak masih muda, ya!
Baca Juga: Vagina Terasa Gatal? Ini 7 Penyebab dan Cara-Cara Mengatasinya!
(*)
Source | : | Healthline,Medical News Today |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR