Terkait panic buying selama pandemi, mungkin kita dihantui perasaan takut kalau suatu hari nanti kita enggak bakal kebagian masker medis, hand sanitizer, hingga susu beruang.
Padahal sebetulnya produksi barang-barang tersebut juga masih berlangsung seperti biasa.
Mentalitas Kelompok
Bukan enggak mungkin ada orang yang melakukan panic buying gara-gara pengaruh orang-orang di sekitarnya.
Naluri yang muncul ketika kita tersugesti oleh aksi orang lain, apa lagi dalam bentuk kelompok, membuat kita melakukan hal yang sama dengan mereka.
Akibatnya, kita jadi cenderung ikut-ikutan ketika sekelompok orang panik hendak memborong barang-barang yang dipercayai esensial untuk diri kita.
Mungkin juga kita mengenalnya sebagai fenomena fear of missing out (FOMO).
Baca Juga: Tanggapan IDI Tentang Penyakit Cacar Monyet yang Sudah Ada di Jakarta
Hal ini pun kerap dimanfaatkan oleh oknum 'jahat' untuk mengambil untung di tengah kepanikan banyak orang, misalnya mereka menyediakan stok barang tapi dengan harga yang sangat mahal.
Mereka paham, orang yang dalam kondisi panic buying bakal lebih sedikit mempertimbangkan perbandingan harga yang disediakan dengan harga normalnya.
Sehingga pada akhirnya barang tersebut tetap laku.
Inilah makanya kita jangan sampai panic buying ya, girls!
Untuk apapun itu, selalu pertimbangkan kebutuhan dan kemampuan kita dalam memiliki barang tersebut.
Yuk, jaga pikiran agar tetap logis di tengah situasi seperti sekarang ini.
Baca Juga: Kahiyang Ayu Kasih Kode Hubungan Adiknya, Kaesang Panik Diserbu Netizen
(*)
Source | : | Psychology Today |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR