CewekBanget.ID - Sudah bukan rahasia lagi kalau orang Jepang memang selalu terlihat punya badan yang ideal.
Bukan tanpa alasan, ternyata mereka sendiri punya gaya hidup yang sehat, lho.
Selain itu, mereka juga belajar tentang filosofi shokuiku tentang makanan yang bisa bikin badan ideal.
Apa itu Shokuiku dan bagaimana melakukannya, ya?
Shokuiku
Melansir Healthline, Shokuiku adalah filosofi asal Jepang tentang gaya hidup makan sehat.
Secara harafiah, Shokuiku sendiri berarti pendidikan makanan yang mengajarkan cara makan intuitif dan seimbang yang dibuat oleh dokter militer Sagen Ishizuka.
Shokuiku sendiri telah dipakai pada seluruh sekolah Jepang pada tahun 2005 untuk mengajarkan cara membaca label makanan, pentingnya konsumsi makanan musiman, cara makanan diproduksi, dan kebutuhan nutrisi di tiap tahap usia.
Manfaat Shokuiku
Ada banyak manfaat melakukan Shokuiku yang bisa kita coba, lho.
Pertama tentang manajemen berat badan, karena diajarkan bagaimana caranya makan dengan lebih intuitif dan apa yang harus dimakan.
Kedua bagus untuk kesehatan kita, karena diajarkan untuk mencoba beragam macam makanan, tetapi tetap ada makanan yang harus dibatasi.
Ketiga belajar tentang punya hubungan yang baik dengan makanan, karena diajarkan untuk mendengarkan sendiri tubuh dan bagaimana melihat makanan.
Baca Juga: 5 Skincare Jepang Paling Terkenal di Indonesia. Sudah Coba Pakai?
Cara lakukan Shokuiku
Sebenarnya melakukan Shokuiku itu gampang banget, lho.
Namun butuh konsistensi, kegigihan, dan kesadaran sehingga Shokuiku ini bisa berhasil.
1. Fokus pada kenyangnya perut, bukan kalori
Kalau saat ini kita lagi diet dan memutuskan untuk mengurangi kalori, lebih baik fokus aja pada kenyangnya perut kita.
Maksudnya, makan dengan fokus tanpa distraksi, supaya kita bisa lebih gampang menerima tanda dari tubuh kalau tubuh sudah kenyang, nih.
Kita juga harus lebih fokus pada perut kalau lagi lapar, bukan cuma sekadar pengin mengunyah.
Intinya, berhenti makan sebelum kenyang dan mulai makan sebelum lapar, seperti yang diamanatkan pada ajaran agama, lho!
Ternyata kebiasaan ini penting untuk membuat kita sadar seberapa banyak makanan yang masuk ke tubuh tanpa perlu sengaja membatasinya yang malah bikin hubungan kita dengan makanan jadi enggak sehat.
2. Makan lebih banyak makanan utuh (makanan yang enggak diproses)
Shokuiku secara fokus mementingkan kita untuk konsumsi lebih banyak makanan utuh atau makanan yang enggak/sedikit diproses, nih.
Misalnya seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian.
Ini karena makanan utuh biasanya lebih tinggi kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, serat, lemak baik, vitamin, dan mineral.
Selain itu, kita juga diharuskan untuk membatasi makanan yang telah diproses yang biasanya tinggi kalori, garam/sodium, dan gula.
Baca Juga: Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Cewek Jepang, Rajin Makan 5 Makanan Ini
3. Coba beragam variasi makanan
Ternyata Shokuiku enggak mengajarkan kita untuk terlalu pilih-pilih makanan, lho.
Misalnya seperti diet keto yang melarang makanan tinggi karbohidrat, Shokuiku justru bilang variasi makanan itu penting.
Makin banyak variasi makanan, kita bisa makin bisa bereksperimen dengan beragam rasa, tekstur, dan nutrisi.
Untuk melakukannya, kita disarankan untuk mencoba makanan dalam porsi kecil yang isinya harus ada beragam sayuran, nasi, dan protein yang dimasak dengan cara digoreng, dikukus, dibakar, dipanggang, direbus, dan lainnya.
4. Berbagi makanan dengan orang lain
Mungkin kita pernah mendengar kalau makan sambil ngobrol bisa bikin kita jadi enggak fokus sama makan.
Nah ternyata filosofi Shokuiku berkata sebaliknya, yaitu sebaiknya makan dengan orang lain biar bisa menguatkan koneksi sosial dan kesehatan mental kita.
Kita juga disarankan untuk mengaitkan pengalaman makanan dengan kebahagiaan, bukan dengan pantangan yang cuma bikin kita "trauma" dengan makanan, lho.
Gimana, tertarik mencoba filosofi Shokuiku buat jaga berat badan, girls?
Baca Juga: Berat Badan Enggak Bakal Turun Kalau Masih Konsumsi 5 Makanan Ini!
(*)
Penulis | : | Marcella Oktania |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR