Namun, jika mama gagal mematahkan semangat kita, namun menginjak-injak hati kita, kita belajar untuk tetap pasif dalam posisi yang lemah, namun mengembangkan dan menginternalisasi agresi yang dipicu oleh rasa sakit.
Kita telah memutuskan bahwa enggak ada seorang pun yang akan menyakiti kita seperti itu lagi. Sebagai orang dewasa, kita menghadapi konflik secara agresif dan mungkin akan menyerang tanpa provokasi.
Hubungan toxic dengan mama mendorong kita untuk melakukan pukulan pertama dan terakhir ketika kita merasa rentan secara emosional.
Baca Juga: Ortu Enggak Setuju Sama Pacar Kita yang Sekarang? Lakukan 4 Hal Ini!
3. Kita menahan kasih sayang
Mama yang toxic menahan kasih sayang dari anaknya sebagai bentuk hukuman. Mereka belajar bahwa kasih sayang ibu mereka bersyarat, berdasarkan seberapa tulus mereka menyenangkan ibu.
Beberapa ibu mungkin enggak memberikan kasih sayang sama sekali, bahkan ketika anak sudah baik-baik saja. Sebagai tanggapan, beberapa anak akan terus-menerus mencari persetujuan, berharap menerima sedikit pun tanda kasih sayang.
Yang lain memutuskan untuk enggak mengganggu, mengisolasi diri secara emosional dan menghindari kontak. Dalam kedua kasus tersebut, anak-anak dimanipulasi secara emosional dan belajar bahwa kasih sayang adalah komoditas yang bersyarat dan langka.
Salah satu tanda terkuat kita memiliki hubungan toxic dengan mama adalah ketidakmampuan kita menerima kasih sayang dengan cara yang sehat.
Misalnya, sebagai orang dewasa, kita enggak tahu cara menghadapi kasih sayang yang diberikan secara cuma-cuma, dan kita hidup dalam antisipasi bahwa kasih sayang itu akan direnggut secara tiba-tiba.
Kegembiraan dan ketakutan kita menghasilkan perubahan suasana hati emosional yang ekstrim yang mungkin enggak dipahami oleh pasangan/pacar kita.
4. Kita mencari hubungan kodependen
Stem Cell, Terobosan Baru Sebagai Solusi Perawatan Ortopedi Hingga Cedera Olahraga
Source | : | yourtango.com |
Penulis | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
Editor | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
KOMENTAR