CewekBanget.ID - Girls, di era globalisasi dan teknologi makin maju ini, cukup banyak PR yang perlu dihadapi, termasuk di bidang kesenian.
Seni tari pun ikut menghadapi tantangan di zaman sekarang ini.
Nah, Adeging Mangkunegaran atau pendirian Mangkunegaran ke-267 dan Hari Tari Dunia diperingati di tanggal yang sama, yaitu 29 April.
Momen ini menghadirkan keduanya sebagai identitas keberagaman seni tari tradisional Indonesia.
Kemudian dalam rangka memperingati Adeging Mangkunegaran ke-267 dan Hari Tari Dunia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI menggelar Trilogi Tari pada 27-29 April 2024 di Surakarta.
Selama 3 hari itu, ada 3 lokasi untuk gelaran Trilogi Tari ini, girls.
Masing-masing lokasi pun memiliki acara yang berbeda yang menarik dan tentunya tetap berkaitan dengan seni tari, ya.
Cari tau info selengkapnya yuk, girls!
Workshop dan Tarian Solah Bowo di Candi Sukuh
Di lokasi yang kaya akan simbolisme kesuburan, workshop ini dikurasi oleh Melati Suryodarmo dengan mengeksplorasi tema kesuburan melalui tarian.
Pada acara ini, peserta diajak mengasah keterampilan fisik dan merangkai identitas budaya dan memperkuat hubungan dengan warisan mereka.
Baca Juga: Konser Musik Bikin Lebih Melek Politik di Festival Pesta Rakyart!
Pagelaran Tari Bedhaya Senapaten Diradameta di Pura Mangkunegaran
Sebagai simbol rumah dan warisan, Tari Bedhaya Senapaten Diradameta ini dipentaskan kembali.
Tari ini melambangkan kemenangan pertempuran Rembang tahun 1756 dengan melibatkan tujuh pejuang pria dengan trisula dan busur sebagai simbolisasi heroisme.
Kekuatan tari ini menginspirasi Rama Soeprapto sebagai kurator yang berinisiasi untuk membuat ruang baru ke masa depan dengan mengajak tiga koreografer professional untuk mengembangkan ke seni tari kontemporer.
Perbedaan latar belakang tiga koreografer yang digaet dalam acar ini yakni Arco Renz, Rianto dan Danang Pamungkas selanjutnya menghadirkan sebuah proses inovasi tari.
Perhelatan 24 Jam Menari di ISI Surakarta
Dipimpin oleh Eko Supriyanto, acara ini berlangsung non-stop selama 24 jam di ISI Surakarta dan menjadi acara puncak dari Trilogi Tari ini.
Acara ini melambangkan kelahiran dan energi berkelanjutan di mana para penari dan koreografer menjelajahi batas kreativitas dalam suasana modern.
Trilogi Tari sebagai penyambung masyarakat modern dengan akar budaya
Disampaikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, ini ju a menjadi cara dari Kemendikbudristek buat terus berkomitmen memperkuat identitas nasional melalui kebudayaan, menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan seni dan budaya di tingkat global.
Baca Juga: Bertemakan Budaya Betawi, Indonesia Fashion Week 2024 Resmi Dimulai
"Termasuk di dalamnya seni tari tradisional yang di dalam setiap geraknya memiliki makna yang merepresentasikan warisan masa lalu dan juga cerminan dari kehidupan masa kini.
Untuk itu, lewat rangkaian acara yang berkolaborasi dengan Pura Mangkunegaran, tidak hanya akan menonjolkan keindahan seni tari, tetapi juga bertujuan untuk menghubungkan kembali masyarakat modern dengan akar budaya mereka yang mendalam," ujarnya.
Mangkunegaran ingin berkontribusi dan memberikan dampak tentang kesenian pada masyarakat luas
Pemimpin Pura Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X mengungkapkan kalau Pura Mangkunegaran sebagai salah satu institusi kerajaan tradisional di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus berupaya agar kebudayaan tidak sekadar menjadi warisan masa lalu.
"Untuk melestarikan kebudayaan di tengah zaman yang terus berubah, beragam upaya pengembangan dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.
Kami senang dapat berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan dan berharap lebih bermanfaat untuk masyarakat, seniman, budayawan, dan semua pihak.
Di sini, Mangkunegaran bukan hanya memikirkan diri sendiri, kami ingin memberikan dampak yang lebih luas," kata Gusti Bhre.
Baca Juga: Ulang Tahun Jakarta Tanggal 22 Juni, Kepoin 8 Ikon Budaya Betawi Ini!
(*)
Penulis | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
Editor | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
KOMENTAR