Pagelaran Tari Bedhaya Senapaten Diradameta di Pura Mangkunegaran
Sebagai simbol rumah dan warisan, Tari Bedhaya Senapaten Diradameta ini dipentaskan kembali.
Tari ini melambangkan kemenangan pertempuran Rembang tahun 1756 dengan melibatkan tujuh pejuang pria dengan trisula dan busur sebagai simbolisasi heroisme.
Kekuatan tari ini menginspirasi Rama Soeprapto sebagai kurator yang berinisiasi untuk membuat ruang baru ke masa depan dengan mengajak tiga koreografer professional untuk mengembangkan ke seni tari kontemporer.
Perbedaan latar belakang tiga koreografer yang digaet dalam acar ini yakni Arco Renz, Rianto dan Danang Pamungkas selanjutnya menghadirkan sebuah proses inovasi tari.
Perhelatan 24 Jam Menari di ISI Surakarta
Dipimpin oleh Eko Supriyanto, acara ini berlangsung non-stop selama 24 jam di ISI Surakarta dan menjadi acara puncak dari Trilogi Tari ini.
Acara ini melambangkan kelahiran dan energi berkelanjutan di mana para penari dan koreografer menjelajahi batas kreativitas dalam suasana modern.
Trilogi Tari sebagai penyambung masyarakat modern dengan akar budaya
Disampaikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, ini ju a menjadi cara dari Kemendikbudristek buat terus berkomitmen memperkuat identitas nasional melalui kebudayaan, menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan seni dan budaya di tingkat global.
Baca Juga: Bertemakan Budaya Betawi, Indonesia Fashion Week 2024 Resmi Dimulai
Penulis | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
Editor | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
KOMENTAR