Pada malam puncak, diperkirakan 120 meteor akan melintas setiap jam dengan kecepatan 35 km/detik. Di tahun 2015, puncak hujan meteor Geminid terjadi tiga hari setelah Bulan baru. Artinya langit malam akan terbebas dari cahaya Bulan dan ideal untuk melakukan pengamatan. Satu-satunya masalah jika lokasi tempat tinggalmu dipenuhi oleh polusi cahaya lampu kota. Untuk mengatasinya, perjalanan ke luar kota atau area yang bebas polusi cahaya bisa menjadi alternatif untuk menghabiskan akhir pekan.
Sambil menikmati hujan meteor Geminid, jelang tengah malam, planet Jupiter akan terbit disusul oleh Mars pada pukul 01:25 WIB dan Venus pada pukul 02:49 WIB. Jelang fajar, planet Saturnus juga akan terbit pada pukul 04:37 WIB. Sayangnya Saturnus masih rendah di horizon sampai saat Matahari terbit sehingga sulit untuk dilihat.
(Baca juga: 7 Hantaman Meteor Terbesar)
Asal Asul Hujan Meteor Geminid
(foto: theconversation.com)
Hujan meteor Geminid berasal dari sisa pecahan 3200 Phaethon yang diperkirakan merupakan sebuah asteroid yang sudah punah. Bumi yang melintas dalam aliran puing-puing 3200 Phaethon setiap tahun pada pertengahan Desember akan menyebabkan puing-puing itu terbang dari rasi Gemini. Tepatnya di dekat bintang terang Castor dan Pollux.
Meteor Geminid pertama kali terlihat pada akhir abad ke-19, tak lama setelah perang sipil di Amerika berakhir. Pada saat pertama muncul, hujan meteornya masih lemah dan tidak terlalu menarik perhatian. Pada saat itu debu yang masuk atmosfer Bumi itu hanya bergerak dengan kecepatan 130000 km/jam. Di masa itu, sama sekali tak nampak kalau hujan meteor ini akan berlangsung setiap tahun.
Yang menarik, saat ini hujan meteor Geminid merupakan salah satu hujan meteor yang cukup kuat dan menarik perhatian para pengamat. Bahkan ia semakin kuat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh gravitasi Jupiter yang berlaku pada aliran puing-puing Phaethon dan menyebabkan mereka bergeser mendekati orbit Bumi. Meteor Geminid sendiri masih tergolong meteor dengan kecepatan menengah pada kisaran 35 km / detik, sehingga akan mudah dikenali di bentangan langit malam. (Sumber: nationalgeographic.co.id)
(avivah/langitselatan.com)
(Baca juga: 4 Teori Ilmiah Suara Misterius dari Langit Yang Menyerupai Bunyi Terompet Sangkakala)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR