Setiap hari, Shilla pasti selalu duduk di koridor sekolah demi bisa melihat pujaan hatinya bermain basket. Begitu juga dengan hari ini. Namun hari ini Shilla tidak melihat batang hidung Ray sama sekali di lapangan basket, bahkan sampai jam istirahat berakhir.
Dan saat jam sekolah telah usai, Shilla memutuskan untuk langsung pulang. Ia berjalan di koridor dan melewati lapangan yang dijadikan oleh anak-anak cowok sebagai tempat untuk bermain basket. Tapi Ray masih tidak ada di lapangan itu. Yang ada malah si Bobby yang sok kecakepan. Shilla pun langsung buang muka karena eneg melihat muka Bobby.
'Satu hari tanpa ngeliat wajah Ray hampa rasanya,' kata Shilla lesu.
Sementara itu ternyata tidak jauh di belakang Shilla, Ray berjalan sempoyongan sambil memegangi kepalanya. Dan tidak sengaja Bobby yang masih bermain basket melihat Ray. Ia yang masih tidak terima kepalanya dilempari bola basket beberapa hari yang lalu oleh Ray pun berencana untuk balas dendam. Ia membidik kepala Ray, lalu ia langsung melempar bola basket itu.
"Aduh!" kata Ray sambil memegangi kepalanya. Ia langsung jatuh ke lantai.
Mendengar suara Ray, Shilla pun langsung menoleh ke belakang.
"Ray?" Shilla langsung menghampiri Ray.
"Ray, lo enggak apa-apa?" tanya Shilla cemas.
"Aduh, kepala gue sakit," kata Ray.
"Kalau gitu kita ke UKS aja, ya," kata Shilla. Ray pun hanya mengangguk.
"Lo kenapa Ray? Kok lemas banget? Memang lemparan Bobby tadi kuat banget, ya?" tanya Shilla pas mereka udah sampai di UKS.
"Gue belum makan dari kemaren. Terus tadi guru-guru yang ngajar hari ini pada sakit masal, jadi gue mutusin untuk ngerjain soal Matematika. Tahunya gue ketagihan dan lupa makan. He-he-he...." jawab Ray polos.
'Buset deh, ngerjain soal matematika sampe-sampe lupa makan? Berarti dari pagi sampe siang dia enggak berhenti-berhenti ngerjain soal matematika dong. Pantesan dia enggak main basket tadi,' kata Shilla dalam hati.
"Kalau gitu gue beliin makanan, ya, Ray," kata Shilla.
Ray pun mengangguk lemah.
Shilla segera keluar untuk membeli makanan, dan secepat mungkin kembali ke UKS. Tapi ternyata Ray sudah tertidur.
"Cepat banget tidurnya. Pasti dia capek banget, tuh. Oh, Ray yang malang," Shilla memandang Ray dengan wajah iba.
Shilla berpikir betapa keren dan Okenya Ray walaupun sedang tidur. Ia bahkan tidak ileran. Dan Shilla merasa sangat bahagia karena bisa melihat wajah Ray sedekat ini dalam waktu lama tanpa rasa gugup.
'Oh Ray, you're sleeping like baby. Your face is so innocent. Gue bahkan mencintai lo lebih dari pada diri gue. Eh, ngomong apa sih gue. Ha-ha-ha...". Shilla menertawakan dirinya sendiri.
Tiba-tiba Ray perlahan-lahan membuka matanya.
"Mampus, dia udah bangun. Dia denger kata-kata gue tadi, enggak, ya?" kata Shilla dalam hati.
"Eh Ray, ce...cepat banget bangunnya," kata Shilla gugup.
Ray hanya tersenyum.
"Itu apa, Shil?" tanya Ray sambil menunjuk bungkusan yang ada di tangan Shilla.
"Oh, i...ini nasi goreng untuk lo. Lo makan, ya!"
"Suapin ya!"
"Eh.... Gue enggak salah dengar, kan ?" tanya Shilla dalam hati.
"Kenapa bengong Shil? Lo enggak mau?" tanya Ray.
"Eh, enggak kok. Gue mau," kata Shilla sambil menyunggingkan senyumannya. Lalu ia pun mulai menyuapi Ray dengan perasaan yang sangat bahagia.
'Kayaknya Ray enggak dengar kata-kata gue tadi, deh. Oh iya, mumpung di sini gue bilang aja, deh, kalau gue enggak phobia cowok cakep,' kata Shilla dalam hati.
"Ray...."
"Shil...." kata mereka serempak.
"Eh, lo duluan aja, deh," kata Ray.
"Eh, aduh, anu...." Shilla masih aja gugup.
'Ayo, dong, Shilla. Masak bilang itu aja takut. Ayo berjuang!' kata Shilla dalam hati.
"Gue itu sebenarnya.... Enggak phobia sama cowok cakep," kata Shilla.
'Fiuh, akhirnya bisa juga gue bilang. Tapi itu enggak mirip pernyataan cinta kan ?' kata Shilla sambil menunggu tanggapan dari Ray. Tapi ternyata Ray hanya bilang:
"Oooh...."
'Yah, kok cuma oh doang, sih?' kata Shilla dalam hati.
"Kalau lo sendiri mau ngomong apa?" tanya Shilla penasaran.
"Gue mau bilang kalau gue suka sama lo Shil," Ray bicara dengan lancar dan itu membuat Shilla kaget.
"Gue suka sama lo Shil, semenjak lo sering ngeliat gue latihan basket. Gue pengin ngedeketin lo, tapi gara-gara gosip itu gue terpaksa ngejauhin lo. Abisnya gue ngerasa gue ini cowok cakep, sih. He-he-he...."
"Tapi waktu itu gue enggak sengaja denger Angel bilang kalau sebenarnya gosip itu enggak benar. Jadi, gue pun mutusin untuk nembak lo. Jadi lo mau nerima gue atau enggak?" tanya Ray lagi.
Shilla masih diam. Di dalam hatinya ia merasa melayang-layang dan lama kelamaan pandangannya kabur dan....
Bruk.
Badan Shilla terjatuh di pelukan Ray. Nasi goreng yang ada di tangannya sekarang berserakan di kasur.
"Eh Shil, lo kenapa?" tanya Ray cemas.
Shilla tidak menjawab. Ia merasa sangat bahagia sampai-sampai rasanya mau pingsan.
"Thanks, God!" kata Shilla dalam hati. Dan ia pun tak sadarkan diri.
Ray hanya melongo melihat reaksi Shilla. Ia tak menyangka ternyata Shilla akan pingsan.
"Apa jangan-jangan Shilla phobia ditembak cowok ya?"
***
(Baca juga: Phobia Cowok Bagian 1)
(Oleh: Sintia Maramis, foto: rebloggy.com, tumblr.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR