Dulu aku percaya itu. Aku percaya semua hal yang kamu ucapkan. Makanya, setiap kali aku bersedih, aku selalu mencari pelangi dan itu selalu berhasil. Sayangnya, sekarang tidak. Rasa sakit ini masih ada. Kamu di mana? Aku merindukanmu. Rasa sakit karena merindukanmu, jauh lebih hebat daripada kekuatan kebahagiaan yang dibawa pelangi. Aku butuh kamu, butuh melihatmu.
"Aku kira kamu sayang sama aku!" kataku, setengah bergumam sewaktu kamu melajukan mobil unuk mengantarku pulang sore itu.
Kamu langsung menghentikan mobil dan beberapa kali menghela napas sebelum kemudian berpaling padaku, menatapku.
"Ta, mamamu itu sayang sama kamu. Tolong jaga dia. Dia cuma punya kamu."
Aku diam menatapmu. Bukan kata-kata itu yang aku harapkan keluar darimu. Apa kamu tidak mengerti? Aku hanya butuh teman dan temanku itu kamu. Aku butuh kamu.
"Mamamu butuh kamu, Ta. Berusahalah kuat untuk dia. Berusahalah selalu ada untuk dia. Berusahalah untuk memahaminya. Berhentilah menuntut untuk selalu dipahami." Kamu memalingkan wajah, menatap lurus ke arah jalan yang membentang di hadapan kita. "Jangan mengulangi kesalahan yang pernah aku lakukan," katamu kemudian, lebih lirih dari sebelumnya.
Kamu di mana? Aku benar-benar merindukanmu. Rasanya sakit sekali menelan rindu yang selalu ingin keluar dari dadaku ini berulang-ulang. Aku membutuhkan kamu.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR