"Nah, nah, ini kamu mau kemana kok bawa-bawa tas? Cabut, kan?" guru piket tiba-tiba datang menghampiriku sambil menunjuk-nunjuk tas yang kubawa.
"Saya sakit Pak, mau pulang," ujarku lalu memucatkan wajahku. Aku memang sakit. Sakit hati.
"Eeeiiit, jangan mentang-mentang artis kamu bisa pulang. Bapak saja belum pulang, kok kamu mau pulang duluan? Kembali ke kelas!" perintahnya.
Aku kaku di tempat, "Saya mau pulang, Pak."
"Sudah, cepat kembali ke kelas! Saya tahu kamu hari ini enggak ada jadwal nyanyi," katanya lagi yang entah tahu darimana.
"Pak, saya...."
"Sini sini, Bapak antar." Ia menemaniku, memastikan aku benar-benar kembali ke kelas.
***
Bel istirahat berbunyi lagi. Sialnya kejadian tadi di istirahat pertama. Aku menghabiskan beberapa jam pelajaran di dalam kelas, yang rasanya seperti berabad-abad. Aku duduk sendiri, tak ada yang mau duduk denganku. Sebenarnya aku duduk dengan Monic, tapi pasti ia mendengar apa yang tadi dibacakan Santi.
Dan sekarang aku malah keluar dari dalam kelas. Menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas karena tadi aku tertinggal. Siapa yang mau menungguku sampai selesai? Aku lama sekali menulis karena tanganku rasanya kaku.
Di koridor aku melihat Joni sedang mengobrol bersama dua orang temannya. Aku mundur perlahan sebelum Joni atau temannya melihatku. Entah ia sudah tahu beritanya atau belum.
"Ee, ciiieee Joni! Ada Bian, Jon," seru teman Joni. Cukup kencang sampai orang-orang di sekitar menoleh.