Astaga, di depan Joni ada yang melakukan hal seperti ini. Mukaku mau ditaruh di mana?
"Hah?! Lo Shalissa Selbian?" Joni ikut kaget. Mungkin bercanda.
Setelah sesi foto bareng selesai, Joni menghampiriku takjub. "Lo Shalissa Selbian?!" tanyanya.
Aku menarik nafas dalam. Mungkin ia mau mempermalukanku atau apa. "Iya."
"Gue suka lagu lo yang Selalu Untukmu, keren banget lagunya," katanya tetap dengan antusias.
"Lo enggak tahu selama ini gue Selbian?" tanyaku dengan tenggorokanku yang terasa janggal. Rasanya terlalu percaya diri aku mau menanggapi obrolannya.
"Gue enggak tahu. Gue pikir lo Bian siapa," katanya. Ah, ini tipuan.
Aku sekuat tenaga menjaga pamorku di sekolah dan dia tidak tahu aku siapa. "Gue tahu lo atlet, tapi enggak perlu sampe lo enggak tahu penyanyi yang lagunya lo suka itu satu sekolah sama lo."
"Gue denger lagunya di radio. Mana gue tahu kalo Shalissa Selbian itu masih SMA."
Konyol sekali. Aku sudah akan menyudahi semua ini, menyeret kakiku menuju kasir.
"Gue juga suka lagu lo yang Secangkir Teh Vanilla," ujarnya lagi sambil sekilas melirik kotak teh di tanganku. Lalu ia menyanyikan beberapa bait lagu Secangkir Teh Vanilla dengan nada sumbang.
"Kenapa tadi lo bilang lo enggak suka sama gue?" tanyaku padanya. Sudah kepalang tanggung untuk tidak menanyakan apa yang ingin aku tanyakan. Toh aku memang sudah malu dari awal.
"Karena gue enggak kenal lo," jawabnya singkat.
"Tapi lo suka gue karena gue penyanyi lagu Secangkir Teh Vanilla?" Aku memang orang gila. Aku menahan urat maluku yang mengencang.
"Iya," jawabnya lagi.
Dan aku menyukainya karena ia adalah seorang pelari nomor satu di dunia. Itu menurutku. Aku rasa ini akan menjadi salah satu alasan menarik kenapa aku harus tetap jadi penyanyi.
(oleh: fitri fadila t, foto: wifflegif.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR