Aku menatap hasil ulangan kimia yang terpampang di hadapanku dengan nanar. Lagi-lagi 8. Tapi ngakak. Alias 3.
"Kok gue bego banget siih!" ratapku lirih sambil meremas rambut. "Dapet berapa, Nay?" tanya Anna sambil melirik kertas ulanganku. Aku menggeser kertas itu ke arahnya sambil menutupi wajah.
"Hahahahahahaha!!!! Gue tahu sekarang kenapa kita bisa temenan. Ternyata kita sama, Nay. Sama-sama bego!"
Bukannya memberi semangat atau nasihat atau yang semacam itu, ia malah menertawakanku dengan puas. Sangat puas malah.
"Hahahahahahahadaw!"
Sebuah penghapus yang menimpuk kepala Anna berhasil menghentikan tawanya. Aku dan Anna serentak mendongak ke depan dan menemukan Pak Gatot sedang menatap kami dengan garang. Tak ketinggalan anak-anak kelas yang terlihat menahan tawa.
"Kamu!" Ia menunjuk Anna. "Sudah nilai hancur, sempatnya tertawa keras-keras saat pelajaran saya sedang berlangsung. Kamu juga!" Pak Gatot menunjukku. "Kalian! Ngomongin apa, hah?!"
Pak Gatot berjalan mendekat. Sekarang ditambah gesture memelintir kumisnya yang bagai Pak Raden di serial Si Unyil. Aku menahan nafas dan melirik Anna disebelahku yang sudah tampak pucat. "Kalian berdua temui saya di kantor guru jam istirahat pertama!"
Ugh. Bencana.
***
Aku menyeruput jus jambu dingin super segar dari kantin Mak Siroh dengan rakus. Maklum, jam istirahat pertamaku dihabiskan di ruang guru bersama Pak Gatot yang menasehatiku habis-habisan. Alhasil, aku tidak sempat ke kantin dan terburu-buru masuk kelas untuk mengikuti pelajaran biologi Bu Maryam yang sebelas duabelas killernya dengan Pak Gatot.
"Horror banget nggak sih Nay," celetuk Anna yang sama sepertiku, menyeruput jus mangganya dengan rakus.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR