Djeger!! Berita yang baru keluar dari mulut Ita, si kutu gosip SMA 1 itu serupa gelegar petir yang menyambar telinga tiap orang. Kilatannya membawa sebuah tanda tanya besar yang membuat tiap orang menjelma hantu penasaran. Semua berpikir ulang, mengkaji, menelaah antara harus percaya atau tidak pada berita ini. Ini sungguh berita yang tidak mungkin terjadi, but impossible is nothing. Tidak ada yang tidak mungkin bukan di bumi tercinta ini. Apalagi selama ini keakuratan berita yang disampaikan oleh Ita tidak diragukan lagi. Sembilan puluh persen berita darinya selalu benar. Tak heran bila julukan si Kutu Gosip melekat padanya. Sepertinya Ita memang punya bakat alami untuk menangkap sinyal-sinyal berita bahkan dari radius beratus kilometer. Yah...terbukti dengan kupingnya yang lebar, di atas normal.
"Kalian tahu...kemarin sore gue lewat depan rumah si Sya. Dan lu semua bakal terkejut setengah mampus dengan apa yang gue liat," Ita menciptakan jeda, memanggil hawa penasaran untuk menyelimuti kelas IPA 3. Ya...si kutu gosip ini selalu berhasil menarik perhatian orang-orang. Kali ini tak kurang dari tiga puluh anak mengerumuninya. Mereka rela berdesakan pagi itu demi mendengar gosip teranyar. Apalagi menyangkut Sya.
"Apa yang lu liat, Ta?" seru seorang cowok berkaca mata dengan raut was-was. Ita tersenyum semisterius lukisan Monalisa. Menarik napas sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.
"Gue...gue...melihat...gue melihat...kepala...Sya...kepala Sya...." Semua anak bergidik. Bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kepala Sya. Apa kepalanya tumbuh ular-ular seperti dalam film hantu? Atau kepalanya berubah bentuk menjadi kotak?
"Kepala Sya...kepala Sya...GUNDUL! PLONTOS! TAK ADA SEHELAI RAMBUT PUN! PLONTOS!! G...U...N...D...U...L." Suara Ita yang bernada pemain opera melengking-lengking seantero kelas, cicak yang diam-diam merayap di dinding terpeleset, nyamuk yang dari tadi asyik ngeden segera menghentikan aktivitasnya yang menjijikkan. Cowok-cowok menjerit histeris dengan nada sumbang. Sedangkan kaum hawa menganga lebar, selebar mulut Gua Maharani.
"Eh Ta...lu jangan sembarangan, ya!! Enggak mungkinlah Sya gundul. Orang potong pendek aja dia enggak pernah! Bahkan kemarin dia baru aja lolos casting iklan shampo! Jangan asal ngomong, deh, lu! Sya itu sayang banget sama rambutnya!" labrak Sharen. Tak terima jika Sya, ketua Gank Cimut tempatnya bernaung digosipkan seperti itu.
"Ee...jangan nyolot gitu, dong. Liat aja nanti kalau enggak percaya," tantang Ita sangat percaya diri. Dia sudah melihat dengan dua bola matanya kalau Sya gundul. Tidak mungkin salah.
"Oke! Siapa takut!" Sharen menantang balik. Tak mau kalah.
Semenit kemudian gerbang sekolah dipenuhi oleh ratusan siswa. Rupanya kecepatan virus gosip mengungguli kecepatan pesawat ulang-alik NASA. Virus itu terus menginfeksi dari mulut satu ke mulut lain. Dan beginilah hasilnya. Lapangan penuh sesak oleh muka-muka penasaran.
Pak Tris, kepala sekolah SMA 1, tampak bingung. Berkali-kali mengamati kalender di mejanya. Kenapa banyak siswa di lapangan. Apakah ini hari Senin? Perasaan hari ini tanggal 28 Januari, yang artinya sekarang hari Rabu. Tapi kenapa ramai begini? Apa ada upacara Hari Kartini? Atau tujuh belas Agustus? Agh! Tak tahan oleh kebingungannya. Pak kepala sekolah itu akhirnya bertanya. Bijaksana sungguh. Malu bertanya sesat di jalan, bukankah begitu kata pepatah. Kebetulan yang ditanya adalah si Kutu Gosip. Ita segera menyampaikan perihal keramaian itu kepada Pak Tris dengan bahasa yang mengalir renyah. Ita lihai sekali kalau menyampaikan gosip. Setelah mengetahui apa yang terjadi, dengan gagah Pak Tris menuju lapangan. Bukan untuk menegur para siswanya tapi ikut bergabung dengan mereka menyalurkan rasa penasarannya yang mencapai level tertinggi. Hey!!Kepala sekolah juga manusia bukan?! Jadi enggak usah melongo dan menganggap semua ini tidak masuk akal.
Lima menit kemudian, datanglah apa yang sedang ditunggu-tunggu. Mobil Avanza hitam. Mobil Sya. Suasana sungguh hening. Sepertinya semua orang lupa berkedip, mungkin mereka juga lupa bernapas. Mereka tak ingin melewatkan momen sakral seperti ini. Semua berdesak-desakan ingin mendapat tempat terdepan, termasuk Pak Tris.
Akhirnya keluarlah sesosok cewek yang membuat semua orang penasaran. Pelan-pelan cewek itu turun dari mobilnya. Kulitnya putih, ramping, dan tas biru menandakan kalau itu memang benar-benar Sya. Tapi what the hell? Kepalanya gundul! Plontos! Botak! Bald! Atau apa pun sebutannya. Yang jelas tak satu pun rambut di sana. Licin selicin es. Semut pun akan terpeleset bila berjalan di sana. Sya berjalan dengan cuek. Meskipun terlihat sudah mengantisipasi hal-hal yang ada di hadapannya ini, kening Sya sedikit berkerut. Semua ini melebihi perkiraannya. Hampir semua orang berkumpul menyaksikan pertunjukan kepala gundulnya sekarang. Dan semuanya berteriak histeris dan hampir semua mulut menganga lebar. Sasaran empuk buat lalat-lalat untuk bermain-main di sana.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR