"Lu tau Sya, kenapa gue selama ini enggak meduliin lu, dingin sama lu. Karena gue enggak suka cewek yang cuma mentingin penampilan fisiknya doang. Yang ngebuang duit jutaan cuma demi perawatan di salon atau buat beli merk-merk terkenal padahal masih sangat banyak anak-anak yang harus ngemis demi mengganjal perut. Padahal, apa, sih, gunanya penampilan fisik bila hati kita nyatanya busuk!"
"Gue emang enggak pernah ngerti jalan pikiran lu, Ndra."
"Gue juga enggak ngerti jalan pikiran lu, Sya. Kenapa lu memangkas rambut lu? Bukankah selama ini lu sayang banget sama mahkota lu itu?"
"Gue cuma mau ngelihat siapa yang bener-bener tulus temenan sama gue. Siapa yang bener-bener sayang sama gue. Gue bosan, Ndra, dengan semua kepalsuan yang ada di hadapan gue selama ini."
"Lu ternyata aneh, ya, Sya. Lebih aneh dari gue. Ngerelain semua yang lu punya cuma demi ngebuktiin siapa yang benar-benar tulus sama lu" Sya cuma tersenyum. Senyum yang tetap manis meski kepalanya gundul.
"Eh...lu juga aneh. Masa muka kayak tuyul begini lu bilang cantik," canda Sya sambil mengelus-elus kepalanya
"Tuyul? Itu lu yang bilang, lho!! Ha-ha-ha. Tapi mirip juga, sih!!"
"Enak aja lu. Gundul-gundul begini gue tetep cantik lagi."
"Eh, Sya. Tapi gue punya lagu yang cocok banget buat lu."
"What?"
"Gundul-gundul pacul...tempelengan...ha-ha-ha," Sya dan Indrapun tertawa serenyah kerupuk. Pertama kalinya sejak mereka kenal. Dan pertama kalinya menjadi kedua, ketiga keempat dan terus berlanjut dan tak tahu sampai berapa.
Senin pagi warga SMA 1 kembali heboh. Kali ini semua megap-megap kena serangan jantung gara-gara Indra nembak si kepala gundul, Sya, saat upacara.
"Sya, Ich liebi dich. Ana behibak. Aishiteru," Indra mengungkapkan cintanya dengan berbagai bahasa.
"Maukah kamu jadi pacarku, Sya?" lanjut Indra. Kata-kata itu adalah kata yang telah lama ditunggu Sya dari mulut seorang Indra. Tanpa pikir panjang Sya mengangguk syahdu. Resmilah mereka sebagai pasangan. Cewek-cewek yang naksir Indra memdadak asma, tak siap kalah saing dengan seorang berkepala gundul. Tapi semua itu bukan apa-apa. Kehebohan lebih dashyat terjadi pada hari Rabu pagi. Dua orang gundul, bergandengan tangan, dengan santai melangkahkan kakinya. Kepala mereka berkilat-kilat ditimpa sinar matahari pagi. Tak kurang lima belas orang pingsan, sepuluh kesurupan, tujuh orang gejala stres melihat pemandangan ini. Dua orang yang bikin heboh itu adalah Indra dan Sya. Harmonis dalam satu payung bernama GUNDULISME.
(Oleh: Lucia DE, foto: urbanbushbabes.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR