"Ayumi-chan, kimi wa zutto aisuru.[11]" suara Hiroshi ditiupkan angin hingga ke pendengaranku.
Sekelebat, tiba-tiba kutemukan wajah Hiroshi yang tersenyum. Seragam musim dingin berwarna biru tuanya, juga rambut pendeknya yang selalu diberi gel rambut agar berdiri, juga kacamata berbingkai hitam tipisnya yang bertengger di hidungnya, membuatku semakin merindukannya. Kemudian tangannya mengelus kepalaku beberepa kali, diiringi aroma woody yang biasa kubaui dari tubuhnya.
"Berbahagialah. Aku akan menunggumu di sini, di surga," ucapnya terakhir kali, sebelum tubuhnya kembali memudar.
***
"Apa yang sedang kamu lakukan disini? Kamu mau bunuh diri?" bentak Shinji pada Ayumi. Dia menarik paksa tangan kurus sahabat kekasihnya itu menuju ke tepi jalan.
Para penjual makanan dan minuman yang berjejer di sekitar jalan masuk Murayama Koen yang berseragam warna-warni, memperhatikan mereka sebentar. Baru saja Ayumi hampir tertabrak sebuah motor yang melintas.
Ayumi tersadar. Matanya beralih ke sekelilingnya, menemukan keramaian dan lalu-lalang kendaraan. Sementara wajah Shinji memerah, tapi matanya terlihat tak tega.
"Aku tahu ... Hiroshi meninggal di tempat ini, tepat di sini. Tapi apa pantas kamu juga ingin mati? Kamu nggak tahu, Miyuki mencemaskanmu, hingga memaksaku juga untuk ber-hanami di Murayama Koen ini untuk merelakan kepergian Hiroshi bersama-sama. Bahkan, hhh ... karena Hiroshi pernah memintaku untuk menjagamu saat dia sedang enggak bersamamu, sampai saat ini ... mana sanggup kutatap potretnya bersamaku, apalagi mengunjungi makamnya, terutama tempat ini."
Shinji melepaskan cengkeraman tangannya. Menuntun Ayumi kembali menuju ke tengah Murayama Koen, tempat Miyuki menunggunya dengan cemas.
Melihat Ayumi yang berjalan tertunduk mendekat, Miyuki bangkit, kelegaan tergambar jelas di wajahnya. Menemukan mata Ayumi yang memerah dan sedikit bengkak, dia memeluk erat sahabatnya itu, mengelus-elus punggungnya.
Ayumi kembali terisak, sementara Shinji menghalangi pandangan orang-orang dari tangisan gadis yang sudah dianggapnya adik, sejak dia menjalin cinta dengan adik sepupunya sendiri.
"Miyuki, tadi aku bertemu Hiroshi. Dia juga merindukan aku, Miyuki."
Angin musim semi kembali berhembus, kali ini lebih kencang dan membalik halaman buku harian Ayumi, menjatuhkan sekelopak bunga sakura yang tadi terkena lelehan airmatanya ke atas tikar bambu.
(oleh: akarui cha, foto: rebloggy.com)
[1] Taman Maruyama
[2] Berpiknik di bawah rimbunnya bunga Sakura
[3] Siapa kamu?
[4] Orang asing (Bangsa Inggris)
[5] Buah ceri
[6] Pakaian sederhana yang biasa digunakan saat udara hangat
[7] kain pengikat pinggang
[8] bakiak
[9] Jendral
[10] Maafkan aku
[11] Ayumi, aku mencintaimu selama-lamanya
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR