Nafas Kak Krisna tersengal-sengal, sesekali ia menghela napas dan memulai untuk berbicara. "Eh, gimana, Din, persiapan lomba mading? Udah sejauh mana? Kalo butuh bantuan ngomong langsung aja ke aku, enggak usah sungkan-sungkan."
"Mmm...pra acara udah beres, Kak. Semoga nanti acaranya sukses."
Kak Krisna. Ya, dia baik banget. Saking seringnya dia membantuku, lama-lama aku jadi enggak enak. Tahun lalu dia ketua panitia lomba mading 3D, dan konsep acaranya keren banget. Dia organisator, dan tahun lalu dia ketua MPK. Sosoknya dewasa dan menenangkan.
Setelah lelah berbicara, Kak Krisna berbalik dan berjalan menuju kelasnya. Beberapa menit kemudian, HPku bergetar, dengan sigap aku mengambil HP di kantong rok dan cepat-cepat membuka SMS. Aku sangat berharap pesan singkat itu dari Fatah. Mataku terbelalak, kenapa bukan Fatah yang meng-SMS ku seperti ini? Kenapa orang lain?
Saat benangmu putus, jangan khawatir
Aku adalah anak kecil yang akan mengejarmu
Di manapun angin membawamu pergi
Kamu tidak akan sendirian :)
Kak Krisna begitu perhatian, aku takut jika aku membalas smsnya, dia mengira aku memberi harapan ke dia. Jadi lebih baik aku enggak membalas smsnya kecuali sms penting.
Dulu, aku pernah meminta Fatah membuatkanku puisi, tapi dia enggak mau dan membalas SMSku dengan "kamu kan bukan guru bahasaku, he he :p"
Kemudian aku pun berjalan masuk ke kelas, duduk bersebelahan dengan Riri.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR