"Kau melewatkan latihan yang penting."
"Tapi aku yakin, aku bisa menyusulnya." Gurunya mendelik tajam.
"Ya, sudahlah. Toh kamu yang membayar diriku. Kita mulai latihan saja." Guru itu seperti tidak mau rugi dengan uang yang dikeluarkan oleh Lina. Lina pun bernafas lega. Memang, dirinya yang membayar tapi harusnya dirinya yang mengatur semuanya. Tapi guru sejenis ini adalah guru yang kompeten, disiplin dan peduli terhadap muridnya. Lina kagum dengan guru ini walau kadang menjengkelkan.
Latihan sore ini membuatnya ingin segera pulang, mampir ke taman walau sudah terlalu sore dan gelap. Inginnya cuma satu, menyapa semilir angin dan...suara gitar cowok itu tentu saja. Bahkan ketika tadi dilatih oleh gurunya, yang terngiang adalah suara petikan gitar cowok itu. Suara petikan gitarnya membuat suara Lina tidak dimarahi oleh gurunya.
"Kau berhasil sore ini. Ternyata kau banyak berlatih di rumah," puji gurunya tanpa senyum. Lina hanya menyengir. Padahal yang membuatnya seperti ini adalah dia ingat nada yang keluar dari petikan sore hari di taman yang sering ditemuinya.
Sekarang, tidak ada suara petikan gitar saat dia mampir ke pohon yang sama selama dua hari ini. Justru dia dikagetkan dari belakang. Sebuah tepukan pelan di pundaknya.
"Kau yang dua hari ini mengamatiku dari belakang?" tanya suara yang membuat Lina takut dan ingin lari. Tapi dirinya malah tercekat di situ. Si pria melihat kaki Lina yang gemetar.
"Syukurlah kau punya kaki. Karena dua hari ini aku berpikir, yang mengamatiku adalah penghuni lain taman ini," katanya sambil tersenyum.
"K-kau mengira a-aku hantu?" tanya Lina yang berusaha menghentikan gemetaran melihat si cowok dengan gitar di tangannya. Si cowok malah tertawa.
"Kau lari terlalu cepat untuk orang yang kaget melihatku. Apa suara gitarku mengganggu?" Lina menggeleng cepat. Si cowok terlihat puas.
"Syukurlah. Kukira karena aku mungkin dikira seorang pengamen oleh seorang cewek yang lari ketakutan saat melihatku dua kali, makanya aku takut bermain gitar di sini lagi," kata cowok itu sambil berlalu. Lina tidak berpikir apa-apa lagi. Dia melihat punggung cowok itu berlalu tanpa mengucapkan terima kasih atau berkata apa pun.
Bahkan dirinya merasa bersalah saat dia mengingat perkataan cowok itu yang terakhir. Dia takut dikira pengamen dan akhirnya tidak bermain gitar di situ lagi. Ah...itu berarti Lina tidak akan mendengar suara gitar cowok itu lagi. Lina berencana untuk meminta maaf kepada cowok itu.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR