Dengan sekali lagi membolos les vokalnya, Lina langsung pergi ke taman sore itu. Di pohon tempat cowok itu biasa duduk bermain gitar, dirinya tidak menemukan si cowok. Lina tiba-tiba merasa resah dan bersalah.
"Benarkah aku tidak bisa meminta maaf kepadanya?" katanya sambil gelisah.
"Kau bukan datang kemari untuk menangkapku, kan?" kata sebuah suara di belakangnya yang membuatnya takut. Suara cowok itu.
"K-kenapa kau selalu berada di belakangku?" tanya Lina dengan nada kesal, marah dan agak bersyukur akhirnya bertemu dengan cowok ini. Si cowok itu malah kebingungan mendengar pertanyaan Lina.
"Lho? Bukannya orang selalu berada di belakang orang lain kalau ada orang yang di depannya?" Lina merasa kesal mendapat jawaban itu, tapi dirinya tidak mau berkata apa-apa.
"Jadi kau yang menunggu pohon ini?" tanya si cowok sambil menunjuk pohon yang biasanya dia tempati. Lina menggeleng cepat.
"Menunggu pohon ini? Kau kira aku-" si cowok duluan terbahak sambil menuju pohon itu, duduk di bawahnya sambil memetik gitar. Nada sendu itu muncul, membuat Lina semakin menikmati sore ini. Saat sedang syahdu menikmatinya, tiba-tiba si cowok menghentikan permainannya. Dia menengok ke arah Lina yang masih berdiri di tempatnya.
"Jadi apa yang membuatmu tetap di situ?" tanyanya. Lina kebingungan. Dia mau minta maaf, tapi si cowok tidak merasa dirinya berbuat salah. Apa yang dia katakan kalau dia datang ke situ hanya untuk menikmati permainan gitarnya?
"Kalau kau mau menemaniku di sini bermain gitar, duduklah. Kita nikmati sore ini bersama," ajak pria itu yang membuat Lina semakin kebingungan. Seakan cuek, si cowok meneruskan permainannya. Lina duduk agak menjauh darinya. Dia menikmati sore itu bersama petikan gitar, semilir angin dan senandung yang tiba-tiba keluar dari mulutnya.
Si cowok tidak menghentikan Lina bersenandung. Baginya senandung Lina merupakan pelengkap sore itu. Di akhir bagian dia berdiri dan menyalami Lina sambil tersenyum.
"Terima kasih sudah mau bersenandung dengan iringan gitarku," katanya lalu berlalu meninggalkan Lina yang masih terduduk. Lina tidak menyangka akan begitu cepatnya sore ini.
Saat cowok itu menjauh, Lina akhirnya baru berpikir. Apa besok dan besoknya lagi dia bisa mendengar suara petikan gitar cowok itu? Ah...sekarang Lina harus berpikir, bagaimana mencari alasan yang bagus untuk dikatakannya kepada guru les vokalnya.
(Oleh: Jacob Julian, foto: weheartit)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR