"Bagaimana menurutmu?"
Rachel menatap boneka yang kini telah berpindah ke tangannya dengan takjub. Rambut boneka itu berwarna pirang gelap seperti warna rambutnya. Bola matanya yang bulat juga berwarna biru terang sama serupa matanya. Bahkan juga tarikan bibirnya. Boneka itu serupa dirinya! Rachel seolah tersihir oleh hasrat yang begitu besar untuk memiliki boneka itu.
"Aku ingin memilikinya," ujar Rachel. Matanya tak lepas memandang wajah boneka itu.
"Jangan." Peramal itu menyahut pendek.
"Aku mau." Rachel bersikukuh. Suaranya terdengar berat.
"Kau akan menyesal. Dia akan merebut jiwamu."
"AKU TAK PEDULI!" teriak Rachel melengking. Dan tiba-tiba saja musik Pasar Malam terdengar lebih nyaring. Percakapan dan gelak tawa menjadi lebih riuh. Rachel merasakan sekelilingnya berputar cepat dan semakin cepat. Udara menjadi terasa berat dan gadis itu merasakan tubuhnya terhisap oleh sesuatu yang sangat kuat. Semakin ke dalam. Ia tercekik dan tak kuasa melawan. Matanya terasa berkunang-kunang, pandangannya mengabur. Samar-samar ia mendengar suara peramal itu berkata, "Nona muda yang kesepian dan pemberontak, selalu mudah terperangkap."
Rachel tak sanggup lagi menyahut. Tubuhnya lemas dan kesadarannya setipis benang. Matanya seperti dibebani batu berton-ton beratnya. Suara-suara kini terdengar menjauh semakin jauh. Gadis itu terjatuh lunglai dan boneka di tangannya terlepas. Ia dan boneka itu tergeletak berhadapan dan dilihatnya mata biru milik boneka itu berkedip!
--
Rachel terkesiap bangun. Matanya terbuka nyalang menatap langit-langit. Dahinya terasa lembab dan rambut panjangnya lengket oleh keringat dingin. Mimpinya semalam mengerikan sekali. Ia bahkan tak mengira bahwa semua yang ia alami ternyata hanya sebuah mimpi buruk. Terlalu nyata dan hidup! Kicau burung yang ribut, suara Thomas si tukang kebun yang bertengkar dengan Nana merebut kesadarannya dengan sempurna. Rachel duduk bersandar pada kepala ranjang untuk meraih segelas air putih yang mungkin bisa meredakan debar jantungnya. Ingatan gadis itu melayang pada kedipan boneka gipsi di mimpinya semalam. Kengerian kembali mencekik tenggorokan. Segera diteguknya tandas isi gelas itu lalu ia hembuskan napas panjang sesudahnya. Mencoba mengusir ketakutan.
Tiba-tiba matanya menangkap warna kuning dari kelopak daffodil di ujung bawah selimutnya. Wajah Rachel seketika memucat dan jantungnya seolah berhenti.
Sebuah ketukan di pintu dan tubuh besar milik Nana memasuki kamar Rachel.