Terapung-apung di tengah telaga. Namun tiba-tiba secepat kilat sampan itu terbalik. Kulihat Kak Yana, Kak Imai dan Kak Andut berteriak histeris minta tolong...lalu sepi. Hanya aku yang terengah-engah melihat adegan itu. Bagaimana tidak, ketiga kakakku bertarung dengan pusaran air telaga yang tengah beriak, mempertahankan hidup mereka. Sedangkan aku hanya dapat memandang dari tepi telaga tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Astagfirullah, ya Allah. Mimpi itu lagi." Aku terbangun dengan peluh yang membuat seluruh bajuku basah. Terengah-engah seakan selesai berlari sekian ratus meter jaraknya.
***
To: Ricky
Besok adik pulang
Kutulis pesan singkat itu, dan sukses terkirim ke Ricky, tunanganku.
"Jaga diri baik-baik di sana, jangan bikin repot Mamak. Dan ingat jangan banyak makan jengkol."
Huuh, pesan Ricky selalu itu, dia tahu aku sangat suka dengan jengkol. Sampai-sampai aku pernah sakit dan harus dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak makan jengkol. Namun aku tidak jera.
"Iya loh, ingat kok pesannya. Ingat juga pesan adik," balasku sewaktu Ricky akan mengantarkanku naik ke travel.
"Jangan nakal," lagi-lagi Ricky mengingatkan aku.
"Iya loh, Yaya. Cerewet banget," jawabku sambil meletakkan punggung tangannya di keningku.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR