Sejak kejadian itu, tak pernah terdengar lagi suara pertengkaran mereka. Nada dan Tio malah sering mencuri pandang satu sama lain. Tanpa disadari mereka saling menyukai meski masih menggantungkan harga diri di langit ketujuh.
***
"Hey, tadi si Tomi nitip surat padaku. Nih! Katanya sih buat kamu," ucap Tika sambil menyerahkan amplop warna merah jambu kepada Nada.
Wajah Tio terkejut di balik halaman Koran yang pura-pura dibacanya, karena sedari tadi, Tio memperhatikan Nada yang juga tengah pura-pura menghafalkan rumus-rumus untuk ujian matematika pada jam pelajaran terakhir. Padahal semalam sudah dihafalkannya rumus-rumus untuk ujian keesokan harinya.
"Buat aku? Tomi? Tomi siapa ya?" wajah Nada tampak mengingat-ingat secret admirer yang biasanya mengirim surat cinta padanya, tapi tak ada yang bernama Tomi.
"Alah! Pura-pura enggak kenal lagi," goda Tika. Karena penasaran, Nada langsung membuka amplop itu dan meraih isinya, tapi Tika langsung merebut kertas itu lalu membacanya keras-keras:
Sejak bertemu kamu saat itu, aku menyadari bahwa aku sangat mencintaimu Nada "Tika kamu apa-apaan sih!" Nada menarik Tika.
"Surat cinta kesepuluh dalam seminggu ini ya!" goda teman-teman sekelasnya. Saat itu wajah Tio dan Nada sama-sama menjadi merah padam.
"Eh dengerin ya? Gue lanjutin nih.
Angin malam yang menghembus padakum seolah memanggil namamu. Bulan purnama selalu menampakkan wajahmu. Dan mentari terbit sehangat sapamu. Aku mencintaimu Nada, Kaulah Nada hatiku...napas kehidupanku...I Love you forever from Tomi!"
Berulang kali Nada member kode agar Tika tidak melanjutkan membacanya, tapi Tika malah semakin menggodanya. Disambung dengan suara sorak-sorak dari teman-temannya.
BRAKK!!
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR