Emosi yang naik turun kadang sering kita anggap hal yang biasa. Tapi mulai sekarang jangan anggap enteng perubahan emosi itu karena bisa jadi itu awal gejala kamu mengidap BPD atau Borderline Personality Disorder. Apa itu Borderline Personality Disorder alias BPD?
(Baca juga: Manfaat Musik Buat Mood Kita)
Muncul di masa remaja dan pubertas
Gangguan psikologis yang berkaitan dengan kepribadian ini udah muncul pada usia remaja atau pubertas. Anak yang mudah marah bisa jadi salah satu indikasi atau bibit-bibit kemunculan BPD. Namun gangguan ini cenderung dikesampingkan. Setelah bertahun-tahun, gangguan psikologis ini meluap.
Apa ciri-ciri yang menandai BPD?
Stabilitas emosi yang naik turun
Kadang penyandang BPD bersikap positf dan menganggap diri mereka baik. Namun, terkadang pula penyandag BPD menilai diri mereka sangat buruk. Suasana hati bisa berubah sewaktu-waktu. Terkadang cirinya juga bersamaan dengan gangguan bipolar.
Bahkan emosi penyandang BPD cenderung meledak-ledak dan membenci orang-orang yang dianggap "normal". Emosi yang mereka tunjukkan sebenarnya tidak ditujukkan untuk menyakiti orang lain, tetapi lebih sebagai pelampiasan kondisi depresi. Secara tidak langsung perilaku buruk berupa emosi yang meledak-ledak dianggap sebagai pelampiasan dari luka hati yang dialami.
(Baca juga: Pengaruh Warna Buat Mood)
Sulit merasa terhubung
Penyandang BPD biasanya mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini karena BPD sering kali terlalu sensitif dan tidak bisa menerima kenyataan yang pahit.
Posesif
Penyandang BPD terkesan memiliki sikap yang posesif.
(Baca juga: Ketika Bad Mood Menyerang)
Adiktif dan kompulsif
Inilah yang memicu penyandang BPD lebih mudah terjerumus pada perilaku kecanduan obat-obatan terlarang atau minuman keras.
Hitam-putih
Penyandang BPD cenderung mendefinisikan orang lain dalam posisi hitam-putih atau benar-salah. Penilaian ini muncul di benak penyandang BPD berdasarkan pengalaman mereka, misalnya trauma, kekecewaan, pengabaian dan pengkhianatan.
(Baca juga: Makanan Sehat yang Bisa Membuat Kita Merasa Bahagia)
Akibatnya orang lain pun dianggap sebagai sebuah benda atau obyek tertentu, tetapi bukan satu sosok. Hal ini mendorong perilaku penyandang BPD yang menganggap orang lain sebagai obyek kegembiraan, kemarahan, kebencian atau justru cinta. (Sumber: Kompas)
(ega/hai, foto: sodahead.com)
Penulis | : | cewekbanget |
Editor | : | CewekBanget |
KOMENTAR