Meski sekarang jamannya sudah berbeda jauh, sikap dan pemikiran positif R. A. Kartini bisa jadi inspirasi kita untuk mengembangkan diri. Pastinya dengan cara-cara yang modern, dong!
Membaca
What Kartini did:
Setelah lulus SD, orang tua Kartini enggak membolehkannya melanjutkan sekolah, malah dipingit sambil menunggu dinikahkan. Biar enggak sedih, Kartini pun mengumpulkan buku-buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan lainnya, hingga surat kabar untuk kemudian dibaca di taman rumahnya sambil ditemani pembantu. Akhirnya Kartini jadi hobi banget baca setiap hari. Hasilnya, pemikiran Kartini pun semakin terbuka dan maju, khususnya tentang cewek. Hingga mendorongnya untuk memperjuangkan nasib dan hak cewek Indonesia agar bisa mendapat pendidikan setara cowok.
What we can do:
Sekarang ini bacaan banyak sekali jenisnya dan mudah banget diakses. Mulai dari buku pelajaran, novel, majalah, surat kabar, komik, cerpen, hingga artikel di berbagai website atau blog. Enggak ada salahnya kalau kita membiasakan membaca setiap harinya. Sama halnya dengan Kartini yang pemikirannya semakin pintar dan terbuka, kita pun bisa mendapatkan efek yang sama. Wawasan dan pola pikir kita pasti akan jauh lebih kaya. Apalagi membaca sekecil apa pun asal dilakukan setiap hari, bisa meningkatkan fungsi otak agar lebih maksimal.
Menulis
What Kartini did:
Selain membaca, Kartini juga rajin menulis surat kepada teman-temannya di Eropa. Surat-suratnya bercerita tentang kondisi cewek di Indonesia yang dikungkung adat sehingga enggak bisa menuntut ilmu untuk jadi pintar dan maju serta keinginan kerasnya untuk mengubah itu. Karena begitu inspiratif, surat-surat ini pun dibukukan. Setidaknya sudah ada enam buku, salah satunya yang paling hits adalah Habis Gelap Terbitlah Terang. Setelah dibukukan, tulisan Kartini ini berhasil mengubah pemikiran banyak orang Eropa dan Indonesia sendiri tentang perempuan pribumi di Jawa.
What we can do:
Sekarang ini, kegiatan menulis yang gampang adalah menulis blog. Tahu sendiri dong kalau sekarang banyak banget blogger-blogger cewek yang terkenal karena menghasilkan tulisan keren dan inspiratif di blog mereka. Kita juga bisa menuangkan pemikiran dengan menulis cerpen, novel atau buku lainnya, terus coba mengirimkannya ke majalah atau penerbit. Siapa tahu bisa dapat kesempatan untuk diterbitkan. Jadi dari pada memendam pemikiran, ide, dan pengalaman yang kita punya, lebih baik dituliskan, dong. Siapa tahu bermanfaat buat orang lain.
Mengajar
What Kartini did:
Keinginan besar Kartini untuk memajukan wanita Indonesia agar pintar dimulai dengan mengumpulkan teman-teman ceweknya untuk dia ajarkan baca, tulis dan berbagai ilmu pengetahuan lain. Setelah menikah, dengan perjuangan keras dan dukungan suaminya Raden Adipati Joyodiningrat, Kartini berhasil mendirikan sekolah untuk para cewek di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya yang diberi nama "Sekolah Kartini". Sehingga cewek-cewek pribumi yang dulunya dilarang bersekolah bisa menuntut ilmu dengan bebas dan menjadi pintar.
What we can do:
Seperti halnya Kartini, dengan ilmu dan pengetahuan yang kita miliki sekarang, kita bisa mengajar anak-anak kecil setingkat TK atau SD. Enggak mesti di sekolah resmi, bisa dengan jadi relawan di sekolah-sekolah untuk anak jalanan atau anak kurang mampu di sekolah darurat atau di rumah singgah. Kita bisa mengajar pelajaran dasar seperti membaca, menulis dan berhitung, yang kita kuasai. Bisa juga bareng teman-teman di sekolah bikin kegiatan bakti sosial berupa workshop atau kelas kreatif yang mengajarkan kreatifitas tertentu. Misalnya melukis, menggambar, membuat kerajinan tangan atau desain. Bisa untuk umum atau buat anak-anak jalanan atau kurang mampu.
Berteman dengan orang asing
What Kartini did:
Pemikiran Kartini soal emansipasi cewek juga banyak terinspirasi dari obrolan dengan teman-temannya di Eropa lewat surat-surat menyurat. Mungkin kalau enggak berbagi pemikiran dengan mereka, surat-suratnya enggak akan dibukukan sehingga belum tentu pemikiran orang Eropa dan Indonesia tentang nasib cewek pribumi Indonesia pada saat itu berubah. Dengan bantuan teman-temannya di Eropa ini juga, Kartini sempat dapat beasiswa untuk sekolah di sana. Sayangnya enggak bisa dia manfaatkan karena terlanjur dinikahkan oleh sang ayah.
What we can do:
Beda dengan Kartini yang komunikasinya terbatas melalui surat, sekarang kita bisa dengan gampang berkenalan dan berteman dengan orang di negara manapun lewat internet, khususnya socmed. Lewat socmed atau ikut fanbase internasional seorang seleb, kita bisa jadi berteman akrab dengan orang asing. Ini bisa melatih kita makin lancar berbahasa asing dan belajar tentang pemikiran juga budaya mereka. Sama seperti Kartini, kita juga bisa minta bantuan kita mendapatkan beasiswa di negaranya. Atau siapa tahu suatu hari kita berkesempatan jalan-jalan ke negaranya, kita enggak usah pusing-pusing cari guide atau tempat nginap kan. Hi-hi-hi.
(aisha, foto: fanpop.com)
Penulis | : | cewekbanget |
Editor | : | CewekBanget |
KOMENTAR