Tipe kedua yang sering menjadi korban PHP adalah cewek yang suka galau. Apalagi kalau galaunya diperlihatkan, misalnya dengan curcol di medsos.
Begitu ada yang deketin, langsung galau. Sepanjang PDKT, sering galau. Lama-lama, cowok jadi ilfil dan malas buat lanjut PDKT, deh.
Makanya, ketika cowok mutusin untuk berhenti PDKT, kita merasa jadi korban PHP. Klik di sini untuk melihat perbedaan cewek dan cowok saat merasa galau.
Alasan cewek ini di-PHP: Cowok enggak terlalu suka dengan cewek yang banyak drama. Kalau hal kecil aja bisa bikin kita galau, cowok bakalan menganggap kita penuh drama.
Dan, itu bisa bikin dia ilfil. Lama-lama cowok jadi capek meladeni kegalauan kita dan memutuskan untuk enggak jadi nembak. Dan, kita pun jadi korban PHP, deh.
(Baca juga: bongkar cara masing-masing kepribadian saat mengatasi masalah percintaan)
“Cewek drama itu bikin ilfil. Apalagi kalau drama di socmed. Curhat colongan gitu. Tapi, kan, kalau yang lagi dekat sama dia cuma aku, ya percuma curcol. Aku pasti ngerasalah. Makanya, aku kalau tahu cewekku galaunya lebay, mending enggak usah pacaran, deh.” (Benny, 18 tahun, Jakarta).
Cewek Kelamaan Jomblo
Kalau kita sudah kelamaan jomblo, wajar kalau kita jadi baper kalau ada yang deketin. Di sisi lain, mungkin kita bingung bagaimana cara bersikap karena udah lama enggak ada cowok yang dekat sama kita.
Jadinya, kita bisa saja melakukan hal atau tindakan yang membuat cowok ilfil sehingga mereka jadi mundur.
Alasan cewek ini di-PHP: Menurut cowok, cewek yang kelamaan jomblo suka terburu-buru. Begitu ada yang dekat, penginnya langsung jadian aja.
Padahal cowok enggak selamanya mau mengambil keputusan dalam waktu cepat. Makanya, kesalahpahaman ini bisa membuat cowok kabur dan kita jadi korban PHP, deh.
(Baca juga: 5 pasangan zodiak yang sering disebut sebagai cinta sejati)
“Aku pernah dekat sama cewek yang sebelumnya belum pernah jadian. Ketika dekat awalnya biasa saja. Tapi lama-lama jadi annoying gitu. Dikit-dikit baper. Dikit-dikit galau. Dikit-dikit kasih kode buat ditembak. Memang, sih, waktu itu aku belum yakin. Ditambah sikap dia yang kayak gitu, aku enggak jadi nembak, deh.” (Dito, 18 tahun, Jakarta).
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR