Misalnya, dengan memperlihatkan alat kelamin atau bahkan masturbasi di tempat umum. Dalam ekshibisionisme, cenderung tak ada kontak fisik, apalagi seksual antara pelaku dan korban.
Hal ini bisa saja kita temukan di bus, angkot, terminal atau halte bus. Jika bertemu orang seperti ini, kuatkan mental kita, jangan terkejut apalagi ketakutan.
Justru kita harus berani melawan dan bilang saja kita enggak takut, bilang aja dia enggak ada apa-apanya.
Saat kita merasa takut dan berani melawan seperti ini, sang eksibisionis pun akan kehilangan keinginannya untuk terus melakukan perbuatan menyimpang itu, dan kita pun bisa jadi lebih aman.
Voyeurisme
Pelaku mendapat kepuasan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang mandi, ganti pakaian, tanpa busana, atau beraktivitas seksual. Tak menutup kemungkinan kalau si pelaku melakukan masturbasi ketika mengintip korban.
Pada perilaku ini, si pelaku enggak bertujuan menjalin kontak seksual dengan korban. Untuk itu selalu waspada saat kita masuk toilet, kamar mandi atau kamar ganti umum.
Pastikan tidak ada kamera atau lubang yang berpotensi menjadi saran untuk mengintip.
Baca juga: 3 Pelajaran Tentang Seks Dari Putusnya Hubungan Rachel Vennya dan Niko Al-Hakim
Froteurisme
Pelakunya mendapat kepuasan seksual dengan menggesekkan kelamin pada tubuh orang yang enggak dikenal. Dalam kebanyakan kasus, pelaku terdorong untuk melakukannya di tempat umum yang penuh sesak seperti bus atau kereta.
Perilaku ini cenderung mengundang masalah hukum karena terjadi kontak alat kelamin tanpa izin. Ini sudah termasuk tindakan pelecehan seksual yang harus dilaporkan, girls.
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR