Beberapa waktu lalu saya berlibur ke sebuah negara yang mengharuskan saya berpakaian serba tertutup.
Di sebuah sore yang cerah, saya berjalan kaki bersama rekan seperjalanan menikmati jembatan indah yang dibangun di abad ke-16.
Tiba-tiba ada seorang cowok masih muda yang menegur dan minta berfoto. Saya menyanggupi karena ini adalah kesekian kali saya sebagai turis diajak berfoto warga setempat. Tidak seperti biasanya, cowok ini merangkul bahu saya seraya difoto oleh temannya.
Selesai berfoto, dia mengucapkan kata-kata dalam bahasa lokal yang tidak saya mengerti. Nampaknya kemampuan bahasa Inggris-nya memang sangat sedikit.
Lalu suatu hal mengejutkan terjadi. Tiba-tiba dia meremas bokong saya. Saya terhenyak luar biasa kaget dan nyaris tak percaya ini terjadi.
Dia tertawa seolah baru saja melontarkan lelucon. Saya menendangnya. Dia masih cengengesan. Saya pukul lengannya. Dia beringsut pergi sambil masih tersenyum.
Saya kembali menendangnya dan bergegas menghampiri teman saya yang duluan berjalan di depan. Saya menceritakan kejadian menjijikkan tadi. Teman saya langsung berteriak, “We will call the police about this!”
Lelaki itu kini bergabung nongkrong sama teman-temannya. Seorang lelaki lain yang melihat hal ini menghampiri kami.
Dia langsung meminta maaf dan berkata bahwa di negara ini memang ada kalangan yang tidak berpendidikan serta berperilaku kurang ajar. Saya tetap marah dan bilang kalau ini kejadian yang benar-benar tidak mengenakkan.
Dia kembali minta maaf. Dari sudut mata, saya melihat remaja lelaki yang melecehkan saya tadi beringsut pergi bersembunyi. Saya yang malas memperpanjang masalah di negara orang, akhirnya pergi dari tempat kejadian. Saya pergi dengan hati marah, kecewa dan sedih. Semua berpadu jadi satu.
Banyak Menimpa Cewek Indonesia
Kejadian yang menimpa saya tesebut menurut data Komnas Perempuan (2016) adalah insiden yang dialami 35 cewek Indonesia setiap hari.
Coba baca ulang lagi, setiap hari ada 35 cewek Indonesia yang mengalami kekerasan seksual.
Pelecehan seksual yang saya alami merupakan bagian dari kekerasan seksual dan bentuknya bermacam-macam.
Komnas Perempuan mendefinisikan pelecehan seksual sebagai tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban.
Termasuk di dalamnya adalah menggunakan siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan. Kata kuncinya adalah perasaan tidak nyaman.
Dear Cowok...
Pelecehan seksual, seperti halnya kasus kekerasan lain, setelah terjadi korban akan mencari dukungan emosional dari orang lain untuk mengurangi rasa stres yang dialami.
Termasuk dari lawan jenis yang kehadirannya penting buat cewek, seperti ayah, suami, pasangan, sahabat atau teman.
Sayangnya karena pelecehan seksual adalah sesuatu yang sungkan dibicarakan, seringkali banyak orang enggak tahu apa yang harus dilakukan ketika ada yang curhat soal ini.
Apalagi di sisi cowok yang bila dibandingkan cewek, jarang mengalami pelecehan seksual sehingga sulit sekali berempati.
Malah banyak yang menganggap pelecehan seksual terhadap perempuan sebagai bentuk ‘pujian’ atau ‘perhatian’ dari lelaki.
Seorang teman lelaki ketika saya bercerita tentang pantat yang tiba-tiba diremas berusaha menenangkan dengan bilang, “Ya sudah diikhlasin aja.” WTF? Ini pantat, lho, bukan kotak amal.
Lain waktu ketika bercerita soal insiden ini terhadap tiga lelaki dalam satu meja, reaksi paling dahsyat yang saya dapat hanya dari salah satu yang berkata, “Oh gitu,” sambil manggut-manggut. Seolah saya baru cerita kalau ramalan cuaca hari ini bilang akan turun gerimis.
Di lain kesempatan, salah satu lelaki malah tertawa sekilas dengan insiden itu dan mengalihkan ke topik lain.
Keadaannya beda dibanding saya cerita mobil habis diserempet motor. Mereka akan bertanya di mana kejadiannya, apa yang dilakukan si motor sehingga bisa menyerempet mobil saya, apakah saya menuntut si motor.
Seandainya mereka tahu mobil diserempet motor itu lebih mudah diperbaiki dibanding harga diri yang dicerabut secara paksa akibat pantat diremas tanpa persetujuan.
Seandainya mereka tahu betapa saya merasa direndahkan ketika peristiwa itu terjadi. Dan meskipun saya banyak membaca literatur bahwa seharusnya korban tidak menyalahkan diri sendiri, tetap terbersit pikiran, “Salah saya apa?”
Hingga saya tidak bisa menahan diri ada perasaan kotor yang membuat air mata menetes diam-diam saat menjelang tidur setelah insiden tersebut.
Bersama Lawan Kekerasan Seksual
Sudah saatnya lelaki ambil bagian menghentikan fenomena kekerasan seksual. Tentunya dimulai dari tidak melecehkan secara seksual.
Lalu mulai menyadari pentingnya bereaksi secara tepat ketika pasangan, teman, saudara cewek dilecehkan secara seksual. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan lelaki:
Kekerasan seksual adalah aksi kekerasan yang bisa melukai fisik dan batin paling dalam si korban. Aksi ini menurunkan martabat seseorang dan bisa meninggalkan trauma berat.
Sangat penting buat cowok untuk mengerti betapa mengerikan pengalaman ini buat cewek. Pemahaman ini merupakan satu langkah dukungan penting yang menyembuhkan korban.
Pelecehan seksual adalah sesuatu yang membingungkan dan kompleks untuk si korban. Ini adalah sesuatu yang sangat serius dan tidak bisa dianggap enteng.
Biarkan korban curhat, menangis atau marah. Dengarkan apa pun yang ingin dia ceritakan tentang insiden itu. Sediakan waktu yang cukup sampai dia lega menceritakan semuanya.
Tunjukkan kepedulian kamu dengan berusaha mengerti perasaannya, “Saya sedih dan marah akan kejadian ini. Ada yang bisa saya lakukan untuk meringankan beban kamu?”
Seperti yang sudah diceritakan di atas, ada kecenderungan korban menyalahkan dirinya sendiri. Beri tahu dia bahwa insiden itu sama sekali bukan salah dia.
Apa pun baju yang dipakai, meskipun dia dalam keadaan tidak sadar, walaupun pelaku adalah pasangan si korban. Ini adalah murni kesalahan pelaku.
Bila ingin tahu lebih banyak soal pengalamannya, jangan mulai dengan kata, “Kenapa?” karena kata ini penuh dengan prasangka.
Tanyakan dengan hati-hati, “Aku pengin tahu apa yang terjadi supaya bisa mengerti pengalaman kamu, tapi bukan untuk menyalahkan kamu. Boleh aku menanyakan beberapa hal?” Hargai juga bila dia memilih untuk tidak bercerita.
Bila menyaksikan pelecehan seksual, usahakan untuk menghentikannya dengan berdiri di antara korban dan pelaku. Dengan begitu kamu menjadi tameng yang melindungi si korban.
Minta pelaku untuk berhenti dan pergi meninggalkan korban. Fokus pada menurunkan risiko bahaya situasi, daripada memperkeruh suasana dengan melakukan kekerasan pada pelaku.
#YouOkSis adalah sebuah kampanye yang digalakkan Feminista Jones untuk mengurangi pelecehan seksual di jalanan.
Ketika ada korban yang terlihat tidak nyaman menghadapi pelecehan seksual, Feminista mendorong orang yang menyaksikan untuk bertanya pada korban, “Kamu baik-baik saja?”
Dengan begitu si korban merasa lebih aman karena ada yang memperhatikan. Pelaku pun juga sadar bahwa ada orang yang melihat kejadian tersebut.
Adalah sangat penting untuk menghormati keputusan korban atas hidupnya. Meskipun kamu bermaksud baik, sebaiknya hindari memaksanya melapor ke pihak berwajib atau ke rumah sakit atau ke psikolog bila korban merasa tidak ingin.
Korban baru saja mengalami pelecehan yang membuatnya kehilangan kendali. Biarkan dia kembali memegang kuasa atas hidupnya.
Kamu bisa memberi tahu pilihan-pilihan yang bisa diambilnya, tapi tidak usah memaksa.
Sebagian cowok enggak mengerti apa arti kekerasan seksual dan dampak negatifnya karena memang enggak punya pengetahuan soal ini.
Beban mengedukasi tentang bahaya kekerasan seksual seringkali ada di tangan korban yang kebanyakan cewek.
Faktanya kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja, termasuk cowok. Ubah paradigma ini dan mulai luangkan waktu untuk mengedukasi cowok lain agar ikut ambil bagian mengurangi kekerasan seksual.
Ketika ada cowok berkelit dengan bilang, “Enggak semua cowok melecehkan cewek.” Maka saya akan dengan cepat berkata, “Semua cewek pasti pernah dilecehkan.”
Serius, pasti pernah. Bahkan berkali-kali. Dan setiap kali kami dipegang-pegang, diteriakin, dipukul, dikuntit, diancam, disiul-siul, digodain, kami juga sering diberi tahu untuk, “Cuekin ajalah.”
Dan kalau kamu sudah lelah mendengar kisah-kisah cewek dilecehkan, mungkin karena banyak lelaki memilih cuek alias enggak peduli terhadap fenomena kekerasan seksual.
Sehingga sekarang pilihannya ada di kamu sebagai cowok, mau sampai kapan tetap cuek?
Baca juga tanggapan keren Ariana Grande terhadap fans Mac Miller yang melecehkannya.
Penulis | : | Trinzi Mulamawitri |
Editor | : | Trinzi Mulamawitri |
KOMENTAR