Kayaknya, enggak ada yang lebih ngeselin ketimbang teman yang bermuka dua. Di depan kita dia baiiik banget, pokoknya benar-benar sahabat yang bisa diandelin, deh. Tapi… di belakang kita dia malah bersikap sebaliknya.
Seperti ngomongin kita, menjelek-jelekkan kita, atau bahkan menyudutkan. Kalau ketahuan, dia bersikap biasa-biasa saja, seolah-olah sikapnya ini enggak berarti apa-apa. Padahal kitanya gondok banget. Saking kesalnya sampai pengin ngajakin berantem.
Teman bermuka dua mungkin saja kita temui. Atau mungkin salah satu teman kita bersikap seperti ini? Perhatikan lagi, deh, teman-teman kita. Apakah ada di antara mereka yang memenuhi ciri-ciri ini?
1. Sering menyalahkan kita, bahkan enggak menghargai usaha kita. Misalnya ketika makan di suatu tempat dan ternyata enggak enak, semua kesalahan ditimpakan pada kita.
2. Sering kedapatan bohong soal hubungan kita.
3. Sering ngomongin orang lain tapi ketika di dekat orang tersebut, dia bersikap biasa saja. Atau parahnya ngebaik-baikin orang itu.
4. Sering dapat laporan dari orang lain kalau dia sering ngomongin soal kita. Dan omongannya bukan hal yang baik. Kalau ditanyain, dia bersikap biasa saja.
Kalau sahabat kita memiliki ciri-ciri tersebut, besar kemungkinan dia bermuka dua. Sahabat seperti ini memang suka bikin gondok karena kita enggak pernah tahu dia sebenarnya seperti apa.
Lihat di sini tanda-tanda kalau sebenarnya kita enggak harus mempertahankan hubungan pertemanan.
Pengalaman Nyata
“Aku punya teman yang muka dua, tapi bukan sama aku. Ada satu orang teman sekolah kami. Dia enggak suka sama cewek itu, dan dia sering banget ngomongin soal cewek itu sama aku. Pokoknya, yang dia omongin enggak ada baik-baiknya. Tapi, kalau lagi di depan cewek itu, sikapnya berubah. Dia suka bercanda sama cewek itu, ngobrol seru, pokoknya enggak kelihatan deh kalau dia pernah ngomong yang enggak-enggak soal cewek itu. Belakangan aku baru tahu kalau gebetan dia dulu sukanya sama cewek itu.
Aku enggak ngerti kenapa dia bermuka dua, tapi sekarang kalau dia udah ngomongin soal cewek itu, aku enggak dengerin. Kalau udah kesal, aku suka nyindir dia. Kayak ‘kemarin lo seru banget ngobrolnya sama dia, sekarang kenapa ngejelekin?’ Dia kesal sih kalau aku ngomong kayak gitu, mungkin karena dia enggak dapat dukungan kali, ya. Abisnya aku kesel sih kalau dia kayak gitu. Aku juga curiga, jangan-jangan di belakang aku dia ngomongin aku sama teman yang lain. Untungnya belum ada kedengeran sama aku dia ngomongin aku di belakang.” (Tiffany, 17 tahun, Surabaya).
“Temanku sendiri pernah bermuka dua. Dia suka ngomongin aku di belakang. Bilangnya aku enggak pernah mau ngalah, egois, suka seenaknya. Jadinya teman-teman aku yang lain mikirnya aku kayak gitu. Padahal sebenarnya enggak kayak gitu. Jadinya, banyak yang enggak mau temenan sama aku. Aku sedih banget pas tahu dia nyebarin hal kayak gitu, padahal di depan aku dia baik banget. Ngeselin deh pokoknya. Sekarang aku enggak mau lagi temenan sama dia.” (Elen, 17 tahun, Jakarta)
Teman bermuka dua memang ngeselin. Kalau sudah tahu ada teman yang kayak gini, kita harus jujur dan terus terang sama dia. Tanyakan alasannya, jangan-jangan ada kesalahpahaman yang enggak kita sadari.
Sehingga, kita bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini. Tapi, kalau dia melakukan ini tanpa alasan, dan dia sama sekali enggak merasa bersalah, teman kayak gini enggak usah dipertahanin.
Mempertahankan toxic friend cuma bikin kita rugi. Apalagi teman bermuka dua, karena ktia enggak pernah tahu kapan dia akan menikam kita dari belakang.
Cek di sini ilustrasi yang menunjukkan teman yang benar-benar baik dan yang pura-pura baik.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR