Banyak hak perempuan Indonesia yang belum terpenuhi
Dari kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dipaparkan di atas saja, sudah terlihat kalau banyak hak kita sebagai perempuan yang belum terpenuhi, girls. Setidaknya merasa aman dan nyaman saat beraktivitas di tempat umum. Belum lagi masih banyak warga Indonesia, khususnya di daerah desa atau pedalaman yang menganggap kalau perempuan itu enggak mesti sekolah tingg-tinggi atau bahkan enggak mesti sekolah sama sekali. Meski pun sekarang sekolah sudah gratis. Masih banyak orang tua yang memilih anak perempuannya untu langsung bekerja atau menikah. Alasannya biar dia bisa mengurangi beban ekonomi keluarga. Ini berarti hak mereka untuk bisa menerima pendidikan yang layak enggak bisa terpenuhi.
Bahkan Undang Undang Perkawinan (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan) pun membolehkan cewek untuk dinikahkan asal dia sudah mencapai umur 16 tahun, berbeda dengan cowok yang harus berumur 18 tahun. Padahal secara biologis saja, pada umur 16 tahun, cewek belum siap untuk menikah dan memiliki anak. Berdasarkan data UNICEF, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi dalam hal pernikahan remaja di Asia Tenggara. 26% remaja Indonesia menikah di bawah usia 18 yang akhirnya meningkatkan angka kematian ibu dan menurunnya angkan pendidikan bagi perempuan. Baca lebih lengkap soal fakta pernikahan muda atau remaja di Indonesia di sini.
Bukan Cuma Untuk Perempuan Jakarta
Women’s March Jakarta memang dilakukan di Jakarta, tapi bukan hanya untuk kepentingan perempuan Jakarta. Semua tuntutan yang diajukan ini demi kepentingan semua perempuan, di Indonesia atau di seluruh dunia. Karena pada dasarnya perempuan di mana pun itu seharusnya mendapatkan hak dan perlakuan yang sama.
Pernah dengar tentang bagaimana sulitnya hidup sebagai cewek di Papua sana? Di mana banyak dari mereka, bahkan yang masih remaja, dengan terpaksa harus mau jadi objek seks para cowk di tempat tinggal mereka, khususnya para kepala suku, tanpa bisa menolak sedikit pun. Dan mereka juga punya akses kesehatan yang terbatas untuk menjaga kesehatan alat reproduksi mereka. Baca kisah lengkapnya di sini: 7 Cerita Memilukan Tentang Kerasnya Kehidupan Sebagai Perempuan di Papua.
Enggak hanya itu, dalam tulisaanya di magdalene.co, Hannah Al Rashid yang sekarang menjadi duta PPB Indonesia untuk kesetaraan gender juga bercerita tentan pengalamannya dengan para perempuan di Aceh, yang meski pun harus menjalani hidup yang terus berhadapan dengan konflik bahkan mengalami bencana besar Tsunami 2004, mereka tetap berusaha jadi cewek kuat yang ingin terus memperjuangkan hak-hak mereka sebagai perempuan. Hal ini juga yang menurut Hannah membuat dia makin bersemangat untuk ikut Women’s March Jakarta.
Jadi memang Women’s March Jakarta ini bukan hanya demo asal tentang peruempuan, tapi aksi damai di mana para perempuan peduli dan berjuang untuk menegakkan kesetaraan bagi semua gender bahkan kebebasan beragama, bagi semua orang di Indonesia.
Berarti, udah tahu dong girls, kenapa kita sebagai perempuan Indonesia juga perlu berpartisipasi di Women’s March Jakarta. Buat yang ingin gabung, besok (4 Maret 2017), langsung datang aja dan kumpul di Sarina Thamrim jam 09.00 WIB. Jangan lupa bawa poster seru yang bisa menyuarakan suara kamu. Atau kalau enggak sempat, tenang aja, panitia juga akan menyiapkan poster untuk dibagikan, kok. Untuk lebih tahu tentang infonya, bisa cek Instagram Women’s March Jakarta atau email ke womensmarchjkt@gmail.com. Jadi, sampai ketemu tanggal 4 Maret besok ya!
Baca juga: 8 Kisah Tragis Cewek Modern yang Harus Menderita Karena Dilahirkan Sebagai Perempuan
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR