Sementara menurut legenda rakyat Jawa, Kuda Sembrani adalah alat transportasi buat raja, ratu, dan senopati dalam bepergian supaya bisa cepat sampai tujuan.
(Baca juga: 10 Film Horor Menyeramkan dari Asia dengan Tema Sekolah (Bagian 1))
Lembuswana
Lembuswana adalah hewan mitologi yang dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai, bahkan dijadikan lambang dari Kerajaan Kutai sampai berubah jadi Kesultanan Kutai Kartanegara setelah masuknya pengaruh Islam ke Nusantara.
Hewan ini dianggap suci karena jadi kendaraan Dewa Batara Guru.
Dengan semboyan “Tapak Leman Ganggayaksa”, hewan ini berkepala singa, punya mahkota yang melambangkan keperkasaan raja sebagai penguasa dan dewa, berbelalai gajah sebagai lambang Dewa Ganesha (dewa kecerdasan), bersayap garuda, dan bersisik kayak ikan. Wuih, lengkap banget, ya!
Hewan mitologi ini juga dipercaya warga setempat sebagai penunggu Sungai Mahakam dan perwujudan spiritual dari Raja Mulawarman, Raja Kutai pada masa kejayaan Hindu. Sekarang Lembuswana jadi simbol kota Tenggarong, Kutai Kartanegara.
(Baca juga: 5 Fakta Hutan Aokigahara yang Diceritakan di Film Horor The Forest)
Naga Besukih
Bukan cuma rakyat China atau bangsa Viking yang punya hewan mitologi berupa naga.
Tinggal di bawah kawah Gunung Agung, Bali, Naga Besukih juga muncul dalam legenda asal-usul Selat Bali.
Konon sisiknya bisa rontok dan berubah jadi emas berlian, lho! Naga yang sangat sakti ini cuma bisa dipanggil menggunakan genta pemujaan milik Begawan Sidhimantra.
Orang Bati
Hampir semua penduduk Pulau Seram, Maluku, tahu legenda tentang makhluk yang punya badan kayak manusia dan sayap kayak kelelawar ini.
Orang Bati tinggal di Gunung Kairatu dan dikenal suka menculik anak-anak buat dijadikan makanan.
Penduduk setempat juga sesekali bisa mendengar suara teriakannya. Hiii…
(Baca juga: 5 Novel Luar Yang Lebih Seram dari FIlm Horor)
Warak Ngandhog
Dianggap sebagai pemersatu tiga etnis mayoritas di Semarang, hewan ini punya wujud campuran dari kepala naga dari China, badan unta dari Arab, dan empat kaki kambing dari Jawa.
Hewan ini biasanya diarak dalam Festival Kebyaran sebelum memasuki bulan puasa. Badannya yang bersisik, mulut menganga dan bertaring, serta wajah yang seram melambangkan nafsu yang harus dikalahkan dengan puasa.
Nama “warak” berasal dari bahasa Arab “wara’I” yang artinya suci, sementara “ngendok” yang dalam bahasa Jawa berarti bertelur disimbolkan sebagai pahala yang didapatkan setelah berpuasa.
(Baca juga: Pengalaman Horor Melihat Hantu di Jalan Tol. Mengerikan, Tapi Enggak Bisa ke Mana-mana)
Penulis | : | Averina Lita |
Editor | : | Averina Lita |
KOMENTAR